Jadwal sekolah Tantra sudah mulai sibuk. Selain mengerjakan tugas kini Tantra termasuk Shena, Jenika dan keempat temannya sudah mempersiapkan materi-materi ujian try out sampai ujian nasional. Sudah memasuki empat bulan di kelas XII Jenika terpilih menjadi ketua kelas dan Desvita sebagai wakilnya.
Selepas pulang sekolah mereka bertujuh belajar bareng ke rumah Stevan. Jimmy yang paling sibuk kalo soal cemilan. Baginya belajar tidak nyaman kalo tidak ada cemilan. Tantra, Shena dan Jenika menjadi guru buat keempat temannya yang masih di bawah rata-rata akademik. Tidak jauh dari guru-guru sekolah Jimmy, Stevan, Jihan dan Desvita terkadang mengeluh sama sikap tiga manusia ajaib ini yang sama galaknya dan pelit.
Setelah diajari mereka harus mengerjakan sendiri tanpa boleh bertanya lagi apalagi menyontek. Alasannya para guru-guru berseragam putih abu-abu ini juga butuh mengasah otak lagi supaya apa yang telah mereka pelajari tidak lebur.
“Break dulu yuk,” kata Jihan menyuruh teman-temannya yang sedang fokus belajar. Tanpa menunggu reaksi Jihan meraih botol coca-cola berukuran satu liter tak lupa gelas kacanya. Desvita bergegas mengikuti Jihan. Ia menutup bukunya lalu mengambil dua buah pisang coklat yang tersaji rapi di tengah meja.
“Udah dulu kali. Emang otak kalian gak ngebul apa?” tegur Desvita selaku tuan rumah yang berhasil membuat mereka berhasil keluar dari kesibukannya. Tanpa bicara masing-masing mereka mengambil makanan yang tidak hanya ada pisang coklat. Ada semprong, jipang ( teng-teng ), kurma dan makanan ringan yang Jimmy beli dari supermarket.
“Selesai dari sini kalian ngapain?” Shena membuka pertanyaan.
“Pulang,” cetus Stevan nyeleweng.
“Bukan. Maksud gue. Setelah lulus?” ucap Shena memperbaiki.
“Gawe,” jawab Tantra singkat.
“Kuliah,” timpa Jenika.
“Gue juga kerja,” kata Stevan. Jimmy mengikuti.
“Kuliah lah,” balas Desvita
“Iya. Gue juga mau kuliah dulu,” susul Jihan sambil mengunyah.
“Kamu gimana Shena?” tanya Tantra.
Shena diam mengheningkan suasana sekaligus membuat yang lainnya terpaku penasaran. “Mau nikah.”
HAH !!!!!
Pernyataan yang tak diduga-duga. Mereka kompak kaget. Shena kemudian tersenyum, memandangi wajah teman-temannya satu persatu. “Enggak. Canda kok. Bakalan kerja dulu. Sebisa mungkin mandiri. Cari uang buat biaya kuliah.”