Jenika mencegat Tantra yang hendak menuju parkiran seorang diri. Sambil pasang senyum manisnya, perempuan yang konsisten cantik menawarkan sesuatu. “Ta, mau bantuin aku gak?”
Tantra menjawab santai. “Apa?”
Sebelum Jenika menjawab ia merogoh tas depannya untuk meraih kamera analog model jaman dulu. “Mama nyuruh aku nyetak foto. Tapi aku malas sendirian.”
Tanpa basa-basi Tantra menganggukkan kepalanya. Sontak membuat Jenika auto senyum sedikit kegirangan. “Asik. Makasih yah Ta.” Lebih asiknya lagi Tantra mengajak Jenika berangkat dengan berboncengan. Tanpa basa-basi juga Jenika ikut menganggukkan kepalanya. Mereka ke studio cetak foto dengan meninggalkan motor Jenika yang telah dititipkan satpam sekolah.
Lima belas foto berhasil ia cetak dengan ukuran 4R. Setelah selesai Jenika traktir Tantra ke sebuah kedai kopi seberang studio foto tersebut sebagai ucapan terima kasih. Jenika membeberkan foto-foto yang semuanya foto Jenika masih kecil bersama keluarga tercinta. Tangan Tantra mengambil satu foto Jenika saat masih SD yang membuat Tantra tersenyum.