Hari Kebangkitan Mantan

Rizky Brawijaya
Chapter #42

_

Perayaan kelulusan sekolah tiba. Jenika berhasil keluar sebagai juara dengan nilai rata-rata 9,2 disusul Shena dengan nilai 9,0. Sayangnya Tantra masuk posisi delapan, kalah dengan Jihan dan Desvita. Sesuai janji Tantra dan Shena akan mencari lowongan kerja.

Orang tua mereka juga bangga kok. Apalagi Ibu Hesti yang terkejut melihat anaknya yang sebelumnya bodoh bisa masuk sepuluh besar. Septiana demikian bahkan mereka mengundang sahabat-sahabatnya Tantra makan malam perayaan.

Hari cepat berlalu. Ijazah pun sudah masing-masing mereka pegang. Malam pesta kecil-kecilan Tantra sudah dimulai. Mereka datang dengan membawa antusias tinggi namun ada juga hal yang membuat mereka sedih yaitu Jimmy bulan depan akan ikut bapaknya kerja di ladang minyak di Batam. Kasihan juga Jimmy dan Desvita harus LDR.

Tinggal Jenika yang harus menunggu keputusan sekolah soal beasiswa yang ia ajukan ke universitas di bilangan Jakarta. Jika berhasil itu akan jadi hal luar biasa tapi kalo gagal mau tak mau ikut SBMPTN atau SNMPTN.

Empat jam kemudian pesta usai. Masing-masing mereka membubarkan diri meninggalkan halaman rumah yang tadinya penuh cahaya dekorasi dan makanan kini sepi dan hanya suara-suara jangkrik yang mendengungkan gendang telinga.

Tantra membuka laptopnya. Ia mengecek email yang penuh notifikasi info lowongan kerja. Telunjuknya sibuk mengeser tiap-tiap informasi lowongan kerja secara seksama hingga akhirnya ia berhasil menemukan satu tempat yang menurutnya cocok. Ia tersenyum, lalu menangkap layar untuk di kirimkan ke Shena.

“Besok ke sini yuk. Tertarik gak?” tanya Tantra. Tak lama Shena membalas.

“ Kamu yakin?”

“Iya, udah aku pikirin.”

“Oke. Jam tujuh ke temuan di depan sekolah yah.”

“Ya.”


Tantra dengan setelan kemeja putih hitam dan sepatu pantofel yang mengkilap ia bergegas berangkat menemui Shena yang sudah terlebih dulu datang.

“Pak, Tantra pamit. Moga bisa lolos.” Tantra meminta restu Bapak.

“Sama siapa berangkatnya?” tanya Bapak penuh senyum.

“Shena Pak.”

“Oh. Jenika gak ikut?”

“Enggak, dia kuliah dulu katanya.” Tantra menyahut.

Shena menyambut Tantra yang tiba dengan motor matik punya Bu Hesti karena morot yang biasa ia gunakan lagi di bengkel. Dia menanyakan keseriusan Tantra kedua kalinya karena pekerjaan yang akan mereka hadapi mungkin buat sebagian orang super pintar kayak Shena dan mendekati pintar seperti Tantra bakal pikir dua kali. “Ini beneran yakin mau ikut?”

Lihat selengkapnya