Hari Kebangkitan Mantan

Rizky Brawijaya
Chapter #45

Coklat Promo

Jam makan siang tiba. Ini waktunya sibuk. Jenika datang sebagai orang pertama sebelum mahasiswa atau mahasiswi yang lain. Dia bertemu Shena di meja kasir sambil membawa segelas minuman kaleng dan tiga buah roti sandwich. Shena melayaninya dengan ramah karena bagaimanapun juga Jenika pembeli. Ia celingak-celinguk ke segala arah sampai-sampai Shena melirik curiga sambil kedua tangannya me-scan kode bar yang menempel di setiap kemasan makanan.

“Tantra mana?” kata Jenika.

“Lagi masak ayam goreng. Dikit lagi juga kelar. Kenapa?” ketus Shena. Jenika sudah biasa dengan sikap Shena yang kadang ketus.

“Oh,” singkat Jenika

“Tunggu.” Shena memberhentikan langkah Jenika yang hendak keluar. Ia menoleh. “Ya.”

“Lo gak setiap hari kan ke sini?” ucap Shena curiga.

Jenika melangkah kembali. Tatapannya tajam seperti singa betina yang marah” “Kenapa? Lo masih ngejar juga.”

“Dengar. Bukan cuma gue tapi ada orang baru yang lagi ngerebut perhatian Tantra. Liat,” jelas Shena menyuruh menoleh ke arah Tantra yang keluar dapur membopong panci besar berisi ayam goreng didampingi Emma. Masalahnya bukan itu tapi perhatikan Emma yang mengeringkan keringat Tantra di keningnya sambil tersenyum bahagia. Tantra merespons demikian.

“Sial,” kata Jenika.


Dua hari kemudian, Tantra keluar sama Jenika. Mentraktir mantannya membeli buku-buku untuk bahan materi kuliah serta membeli beberapa komik terbaru. “Ta, kamu gak ada niatan mau kuliah?” tanya Jenika sambil sibuk mengorek buku-buku statistika.

Tantra hanya diam. Matanya menatap rak yang padat dengan buku tapi telinganya mendengar. “Aku kayaknya udah nyaman cari uang. Dengan keadaanku yang sekarang aku jauh lebih bebas. Aku bisa jajan sendiri, bisa nabung lebih banyak lagi. Bantuin urusan sekolah Septiana sama traktir kamu.”

“Tapi kan Ta untuk menaikkan karir pasti butuh peningkatan jenjang pendidikan juga kan? Maaf, bukannya aku mau merendahkan kamu tapi kamu mau selamanya jadi pelayan toko?” kata Jenika ada benarnya juga.

“Iya sih. Tapi sumpah aku masih nyaman kerja. Jiwa semangatku cari uang itu masih menyalah besar,” ungkap Tantra tersenyum membuat sebuah tuduhan yang tak sengaja Jenika lontarkan. “Apa jangan-jangan ada Shena?”

Tantra menggeleng.

“Atau kakak senior kamu tuh?”

Tantra tertawa. ”Enggak Je.”

Lihat selengkapnya