Hari Kebangkitan Mantan

Rizky Brawijaya
Chapter #47

gwenchana... gwenchana... Deng... Deng... Deng... Deng

“Kamu dapat salam dari Kak Debo.” Tantra membuka percakapan dalam perjalanan. Shena sedikit syok.

“Salam. Tiap hari ketemu juga. Pake nitip segala,” balas Shena remeh.

“Dia juga suruh aku comblangin dia sama kamu. Dia naksir kamu.” Tantra menjelaskan lantang.

“Enggak akh. Aku gak punya perasaan apa-apa sama dia,” tolak Shena cetus.

“Ih, parah. Kasihan tahu. Buka kek hatinya dikit. Biar kamu bisa rasain pacaran lagi.” Tantra ngotot.

“Enggak. Ta. Aku trauma sama Rama. Dia awalnya baik banget tapi malah brengsek belakangnya.”

“Yah, aku kasihan tahu sama kamu.”

“Makanya, kamu jangan kemana-mana. Temani aku aja.”

“Kamu gak bosen jomblo.”

“Enggak.”


“ Harusnya lo Ta yang jadi milik gue.” Shena berharap dalam hati.


Debo semakin berambisi untuk mendapatkan hatinya Shena walaupun Tantra sudah mengatakan pernyataan mantannya kemarin secara gamblang. “Ta. Pokoknya gue harus dapetin dia. Hati manusia bisa berubah. Mungkin besok-besok dia mau jalan sama gue.”

“Kalo gagal gimana? “ cetus Tantra.

“Yah makanya lo bantuin gue kunyuk.”

“Gue gak janji yah.”

Tantra mengajak makan Shena mie ayam seberang supermarket. Tak lupa ia mengajak Debo. Sebenarnya ini cara Tantra untuk mendekatkan Shena dan Debo. Jadi begitu mereka makan Tantra pura-pura pergi ke toilet untuk buang air besar.

“Ta, kok ajak Debo sih? “ tanya Shena di depan pintu supermarket, menunggu Debo menyusul.

“Ya. Dia mau bareng. Emang kenapa? “ tanya Tantra polos.

“ Kamu gak ada maksud lain kan? “ tuduh Shena menyipitkan matanya.

“Ada. “

“Apa? “

“Aku mau keramasin kamu pake air kecap asin. Mau? “

“Ih Jahat !!! “

“Gak ada yang mau kerjain kamu Shena. Udah, aku lapar. Tuh Debo mau kemari.”

“Tau ah. Aku jalan duluan. “ Shena merengek lalu menghampiri gerobak mie ayam seorang diri.

Tiga mangkuk mi ayam terpampang menggoda di hadapan mereka. Shena menyeruput dengan lahap sampai-sampai Tantra yang hendak melakukan suapan pertama kaku tak berkutik. Debo demikian bahkan mulutnya sampai manyun kayak ikan lohan. Entah lapar atau kesal. Pertanyaan itu muncul di benak Tantra. Raut wajahnya serius begitu Shena membalas pandangan

“ Hey. makan . Mi nya mau ditungguin sampai segede rantai kapal? “ tegurnya.

Tantra dan Debo tersentak. Mereka mengalihkan ke makanannya masing-masing. Lima belas menit kemudian Tantra selesai dengan mi yang masih tersisa. Ia beranjak dari tempat duduknya lalu pamit ke supermarket dengan alasan ke toilet.

“ Ta. Kamu habis makan langsung beol,” protes Shena.

“ Yah habisnya gimana. Perutku tidak bisa diajak musyawarah. Udah yah,” bela Tantra pergi sembari memegang perutnya. Trik pertama berhasil.

Lihat selengkapnya