Where Jenika?
Jenika ada kok. Ia masih berjuang melupakan Tantra dengan terus cari perhatian dengan teman kelas sebelah yang membuat ia tertarik. Ketampanan lebih baik dari Tantra. Namun yang ia keluhkan adalah lelaki itu sudah memiliki kekasih. Anak rektor, primadona kampus. Hati Jenika kecewa namun ia tidak menyerah untuk dekat bahkan nekat merebut hatinya.
Beberapa teman sekelasnya membantu mendekati Jenika dengan cowok tampan itu. Bahkan ada seorang teman yang mengaku sebagai sepupunya lebih memilih Jenika pacaran dengan dia daripada perempuan anak rektor karena sang perempuan terkenal matre dan ambekkan.
Weekend itu Jenika datang ke pesta ulang tahun cowok itu. Penampilan bak permaisuri membuat cowok-cowok kampus lainnya takjub luar biasa. Sayangnya pemuda yang jadi target Jenika hanya bersikap biasa saja. Bahkan selama pesta Jenika di acuhkan dan lebih memilih fokus pada kekasihnya yang tak kalah cantik. Sang sepupu berulang kali meminta waktu kepada cowok itu untuk menemui Jenika. Namun ia gigih, tidak mau terikat dengan perempuan lain selain kekasihnya.
Sepupunya sekaligus teman sekelas Jenika menyerah. Ia tak bisa memaksakan hatinya untuk berpaling yang lebih baik. Bahkan dua minggu kemudian cowok tampan itu melamar sang gadis saat jam istirahat di kantin kampus. Lamaran diterima namun hati Jenika sangat tidak terima atas keputusan itu. Ia berbalik badan, berlari ke kelas sembari menahan air matanya turun. Ini terjadi lagi seperti apa yang ia rasakan waktu di Singapura.
Teman-temannya hanya bisa pasrah. Berusaha menghibur hatinya yang lagi rusak karena cinta. Seminggu Jenika tidak ceria. Orangtuanya lagi-lagi prihatin. Matanya selalu sembab menyesali takdir yang Tuhan berikan. Kakinya tanpa sengaja melangkah ke supermarket entah sekadar jajan atau kembali ke tujuan semula. Yang jelas siang ini mereka kembali dipertemukan di depan supermarket.
“Jenika? “
Tantra menegur dengan senyum manisnya. Jenika merasakan kehangatan. “Ta.”
Raut wajah Tantra yang sebelumnya senang berubah jadi sendu. Tanpa bicara, ia menghampiri Jenika yang berdiri kaku menatap fokus wajah mantannya yang tanpa sengaja ia rindukan.
Duppp.
Jenika dipeluk. Seketika jantung perempuan yang bernasib malang ke sekian kalinya merasakan guncangan luar biasa tanpa pedulikan kalo berpelukan di jalanan adalah hal yang kurang sopan. Tapi mereka tak peduli itu. Mereka hanya ingin berbagi kenyamanan yang selama ini mungkin hampir lebur tanpa disadari. Dosa besar bagi Jenika untuk melupakan Tantra yang selama ini sudah sangat hangat dan baik.
“Mamamu sudah ceritakan semuanya. Aku prihatin Je. Aku hubungi susah banget.” Ucapan Tantra menciptakan air mata Jenika. Perlahan ia terisak dan terus mendekap erat tubuh wanginya Tantra sampai ia lupa kalo ada Shena, Debo dan Emma yang memperhatikan beberapa meter di belakang punggung Tantra. Emma dan Shena lagi-lagi cemburu namun kasihan juga.
“Maaf Ta. Aku ceroboh. Aku melupakanmu dan teman-teman,” lirih Jenika.
“Udah. Gak usah minta maaf. Aku gak kemana-mana. Teman-teman kita juga gak kemana-mana.” Tantra menenangkan. “Jangan kayak dulu lagi,” lanjutnya.
Jenika melepas pelukan Tantra. Ia tak segan menatap wajah sedihnya sambil mengangguk keras dan yakin. “Makasih sudah diberi kesempatan.”
“Kesempatan dari aku akan selalu ada. Jangan khawatir.”
“Terima kasih.”