Hari Kemarin

M Ilhamsyah
Chapter #28

BENDERANG

Aku menghabiskan dua jam penuh untuk menuntaskan jurnal Faruq.

Faruq memulai jurnalnya dengan kisah bahagia Mara dan ayah, dan betapa ia bangga dengan kakaknya yang mau memperjuangkan prinsip hidupnya meskipun penuh penentangan dari segala pihak. Dua sampai tiga halaman berikutnya, ia masih menulis tentang sukacita dan di halaman ke lima, masa-masa kelamnya dimulai. Faruq menulis dengan detail segala perlakuan yang ia terima. Aku menyusut hidung berkali-kali meskipun aku sudah mendengar sebagian kisah itu dari Faruq. Halaman terakhir dari jurnalnya—tidak benar-benar terakhir sebenarnya karena ada lima halaman yang ia robek setelah tulisan terakhirnya—berisi tentang hari pertamanya di Pare.

Tadinya, aku sempat mengira bahwa jurnal itu adalah catatan rekayasa yang dibuat Faruq sebagai bagian dari skenario kakaknya untuk membujukku agar mau menerima ayah kembali, namun pikiran negatif itu termentahkan ketika kulihat perbedaan tulisan Faruq dari tahun ke tahun. Ditambah lagi dengan guratan tinta yang makin dalam dan mengabur seiring dengan pertambahan usia tulisannya. Jurnal ini memang otentik.

“Selesai?” Faruq yang sejak dua jam lalu sengaja memberikanku waktu untuk sendiri datang menghampiri.

Aku mengangguk. “Ya udah, pulang yuk.”

“Katanya mau makan?”

“Nanti deh. Aku pengen balik secepatnya. Ngomong sama Mr. Mahesa, Kak Mara, dan ayah.” Aku melengkungkan senyum optimis.

Lihat selengkapnya