Aku tidak bisa berhenti tersenyum. Bukan kepada siapapun, tetapi aku hanya ingin terus tersenyum setiap kali mengingat bahwa ada anugrah terbesar yang sedang tumbuh di dalam rahim Mbak Vitara. Entah itu laki-laki atau perempuan, yang jelas dia adalah keponakan tersayangku. Makhluk yang masih sangat kecil, usia baru menginjak minggu ketiga. Aku benar-benar tidak sabar. Pun keluargaku yang sangat menantikan hadiah terindah dari Tuhan itu.
Satu minggu yang lalu, kami dikejutkan dengan kabar dari tempat kerja Mbak Vita. Sepanjang perjalanan untuk menjemput mbak-ku itu, kami semua diliputi dengan ketegangan luar biasa. Mas Figo yang menyetir mobil tua milik ayah dengan kecepatan cukup tinggi tidak pernah berpaling dari jalanan di depannya. Dia harus benar-benar fokus malam itu. Lalu ayah yang tidak berhenti berdzikir dengan tasbih di tangannya. Kemudian ibu, dengan kedua sisi telapak tangan yang saling berdekatan seperti orang yang tengah memohon kepada Sang Maha Kuasa. Dia memanjatkan doa tanpa henti dengan wajah penuh kecemasan. Sementara aku melihat Mas Frodi mengepalkan salah satu tangannya dengan kuat. Mas keduaku itu juga tidak berhenti menatap jalanan seolah ingin sekali cepat sampai ke tujuan kami. Sedangkan aku sendiri tidak bisa berhenti mengupas sisi kuku ibu jariku dengan telunjuk. Sampai aku tidak sadar sudah ada setitik cairan merah akibat terlalu keras aku mengelupasnya. Kami sangat khawatir.
Kami langsung membawa Mbak Vita ke rumah sakit terdekat. Kami terus menunggu dan menunggu. Kurang lebih sekitar lima belas menit, wanita berjubah putih keluar dari ruangan. Tidak ada yang mengeluarkan pertanyaan lebih dulu di antara kami. Termasuk Mas Figo. Kami hanya menunggu laporan dari sang dokter di hadapan kami. Raut wajah Dokter Nina saat itu tidak bisa kutebak sama sekali. Entah itu kabar baik atau buruk, aku benar-benar buta. Padahal banyak yang bilang jika salah satu kelebihanku adalah pandai menilai orang dari setiap ekspresi wajahnya. Makanya aku sangat tahu sejak awal kalau Mbak Vita adalah orang yang tulus.
Saat mengungkapkan perihal kehamilan Mbak Vita, kami terkejut. Sangat terkejut bukan main. Salah satu pertanyaan yang mungkin ada di benak salah satu anggota keluargaku yaitu, kenapa bisa secepat ini? Bahkan, seperginya dokter dari kami, ayah langsung menatap tajam ke arah Mas Figo. Dia mempertanyakan hal tersirat yang langsung bisa dimengerti oleh putranya. Ada prasangka buruk yang sepertinya bertengger di benak ayah. Mungkinkah Mas Figo dan Mbak Vita sudah melakukan hubungan terlarang sebelum mereka sah menjadi suami-istri?