Hari Selepas Kepergian Mereka

Rika Kurnia
Chapter #14

Ujian Tidak Terduga

Waktu berlalu begitu cepat. Gian kini telah berusia sepuluh bulan, seorang bayi ceria yang selalu membawa tawa ke dalam rumah kami. Aku yang awalnya hanya menganggapnya sebagai adik kecil yang menggemaskan, kini telah tumbuh begitu menyayanginya.

Setiap akhir pekan, aku selalu menyempatkan waktu untuk bermain bersama Gian. Kami sering pergi ke taman, bermain ayunan, atau hanya sekadar duduk di teras rumah sambil mengamati kupu-kupu yang berterbangan. Gian sangat menyukai cerita-cerita tentang binatang. Aku pun dengan senang hati membacakan dongeng untuknya sebelum tidur.

Entah kenapa, walaupun hanya sebagai tantenya, aku merasa punya tanggung jawab yang lebih besar untuk menjaga Gian. Aku ingin membantunya tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berakhlak mulia. Aku sering mengajaknya belajar bersama, membacakan buku-buku cerita yang mendidik, dan mengajarkannya tentang nilai-nilai kebaikan. Meskipun Gian belum benar-benar mengerti, tapi paling tidak dia sudah mendapatkan beberapa hal pelajaran yang nantinya akan diterapkan kala usianya semakin dewasa.

Gian juga selalu heboh dengan kegiatan memasak. Setiap kali Ibu sedang memasak di dapur, Gian mulai menggerecoki dengan gerak-geriknya yang spontan dan lucu. Dia senang mengaduk adonan kue semaunya, atau malah mencicipi sedikit adonan kue yang masih mentah. Melihat kesenangan Gian, aku pun sering mengajaknya membuat kue bersama.

Suatu hari, Mbak Vita memintaku untuk menjaga Gian di rumah karena Mas Figo dan Mbak Vita harus pergi ke pasar untuk belanja keperluan warung. Aku pun menyetujui permintaan mbak iparku. Saat itu, aku sedang belajar membuat kue cokelat. Aku mengajak Gian untuk menemaniku. Ya... walaupun aku tahu kalau setelahnya dapur Mbak Vita akan seperti kapal pecah. Namun, memang di situlah keseruannya. Gian sangat senang bisa membantu. Dia memasukkan cokelat bubuk ke dalam adonan setelah sebelumnya aku memberikan contoh.

Setelah kue selesai dibuat, kami pun memakannya bersama. Kue buatan kami memang tidak sebagus kue buatan Ibu, tetapi rasanya sangat enak. Gian sangat senang dengan kue buatannya sendiri.

Aku merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersama Gian. Kehadirannya dalam hidupku membuat hari-hariku menjadi lebih berwarna. Aku berharap, kedekatan kami yang melekat ini akan terus terjalin hingga bayi itu beranjak dewasa.

***

Hari itu, saat aku berkunjung ke kontrakan Mas Figo suasana rumah terasa berbeda. Terutama Mbak Vita yang jelas sekali terlihat murung. Mas Figo juga tampak gelisah mondar-mandir di ruang tamu. Aku yang penasaran pun bertanya pada Mbak Vita.

"Mbak, kenapa, kok, pada murung semua?" tanyaku.

Mbak Vita menghela napas panjang. "Nanti kamu tahu sendiri, Fi. Papaku bikin masalah lagi."

"Masalah apa, Mbak?" Keningku berkerut.

Sebelum Mbak Vita menjawab rasa penasaranku, bel pintu berbunyi nyaring. Mas Figo membukakan pintu. Itu Om Doni yang datang seorang diri tanpa mengajak Mia.

"Assalamualaikum," sapa Om Doni.

"Waalaikumsalam," jawab kami serentak.

Lihat selengkapnya