Kehidupan rumah tangga Mas Figo dan Mbak Vita yang awalnya dipenuhi tawa dan cinta mulai diwarnai awan gelap. Terutama pasca mereka mengeluarkan sejumlah uang dengan nominal besar untuk melunasi hutang Om Doni. Sejak itu keuangan yang dimiliki Mas Figo menurun drastis. Aku sangat tahu itu karena sudah sebulan ini aku menginap di rumah kontrakan Mbak Vita untuk menjaga diam. Sementara orang tua bayi itu tengah berjuang mati-matian usaha warung sotonya yang hampir bangkrut karena sebuah tragedi pandemi.
Seolah batu-batu besar yang kuat itu dilempari ke arah Mas Figo dan Mbak Vita secara bersamaan.
Mbak Vita yang awalnya hanya membantu di warung soto, mulai merasa perlu membantu meringankan beban keluarga dengan mencari pendapatan yang lebih besar. Dia mencoba kembali ke dunia malamnya. Namun, hasilnya sama sekali tidak signifikan lantaran beberapa klub di pusat kota mulai ditutup.
Kecemasan mulai menghantui hati kedua orang yang sangat kukasihi itu. Tagihan listrik, air, dan biaya sewa rumah yang menumpuk membuat Mas Figo dan Mbak Vita seringkali berdiskusi hingga larut malam untuk mencari solusi.
Suatu hari, mobil satu-satunya Mas Figo mengalami kerusakan parah. Biaya perbaikannya sangat besar, melebihi anggaran yang mereka miliki. Mas Figo merasa sangat terpukul. Dia merasa gagal sebagai kepala keluarga. Mbak Vita berusaha menenangkannya, tetapi air mata tak dapat dibendung. Aku yang sering menjadi saksi pun merasa sangat menyesal lantaran tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu mereka. Malah di satu titik aku menganggap bahwa kehadiran diriku benar-benar tidak ada gunanya.
Lalu Mas Figo dan Mbak Vita sepakat bahwa mereka harus menghadapi masalah keuangan ini bersama-sama. Mereka memutuskan untuk duduk bersama dan membuat rencana keuangan yang lebih realistis. Dengan jujur, mereka mencatat semua pemasukan dan pengeluaran mereka. Setelah menganalisis data tersebut, mereka menemukan beberapa pos pengeluaran yang bisa dikurangi.
Mbak Vita, dengan kreativitasnya, mulai mengembangkan ide usahanya. Dia membuat cara promosi terbaru yang sebelumnya tidak pernah dilakukan Mas Figo. Yaitu dengan menggunakan sosial media. Mbak Vita mengiklankan menu makanan yang biasa kami jual di warung dengan harga terjangkau. Serta bisa melakukan COD dengan jarak tertentu. Awalnya, hanya kerabat dan teman dekat yang menjadi pelanggannya, namun seiring berjalannya waktu, pesanan soto online kami mulai dikenal banyak orang dari berbagai daerah.
Mas Figo juga tidak tinggal diam. Dia mulai membuat stand sederhana untuk berjualan soto di pinggir jalan. Yang mana nantinya bisa dengan mudah berpindah tempat ke berbagai daerah.
Meskipun hidup masih cukup sulit, tetapi semangat Mas Figo dan Mbak Vita tidak pernah padam. Mereka saling mendukung dan memotivasi satu sama lain. Setiap malam, mereka selalu menyempatkan waktu untuk berbagi cerita dan merencanakan masa depan.
Usaha online Mbak Vita semakin berkembang. Banyak pelanggan yang menyukai cita rasa soto dan pecel yang unik dan lezat. Mas Figo, melihat potensi bisnis ini, mengusulkan ide untuk membuka catering. Awalnya, Mbak Vita ragu karena takut akan risiko kegagalan. Namun, setelah berdiskusi panjang, mereka akhirnya memutuskan untuk mencoba.