Beberapa bulan telah berlalu sejak pertemuan tegang itu. Kami berjuang mati-matian untuk mempertahankan hak Gian, sementara Om Doni terus-menerus menimbulkan masalah. Dia tidak hanya mencoba mengklaim uang asuransi, tetapi juga menyebarkan desas-desus di kalangan keluarga besar bahwa kami tidak mampu mengelola uang tersebut dengan baik. Om Doni bahkan menggandeng pengacara baru yang agresif, yang menekan kami dengan berbagai tuntutan hukum. Situasinya semakin buruk.
Ayah, yang selalu menjadi pilar keteguhan di keluarga kami, perlahan-lahan terlihat semakin letih. Setiap malam, aku melihatnya termenung di ruang tamu, memikirkan cara untuk menghadapi tekanan ini. Meski Ayah jarang mengeluh, aku tahu beban ini telah memakan banyak energi dan emosinya.
Kami berkali-kali berdiskusi dengan Pak Danu, menyusun strategi dan mencari celah untuk melawan tuntutan Om Doni. Namun, kenyataan pahitnya adalah, proses hukum yang panjang dan melelahkan ini semakin menguras tenaga dan biaya. Setiap langkah maju yang kami ambil, Om Doni selalu berhasil menarik kami dua langkah mundur. Ia begitu gigih, seolah-olah hidupnya hanya berputar di sekitar asuransi itu.
Sementara itu, Gian terus tumbuh, tanpa menyadari badai yang terjadi di sekelilingnya. Melihat Gian yang ceria dan polos setiap hari, aku merasa semakin yakin bahwa kami harus terus berjuang untuknya. Namun, di sisi lain, aku juga melihat Ayah semakin tertekan. Pertarungan ini telah menguras habis tenaga dan pikiran kami semua.
Sampai akhirnya, satu malam, setelah pertemuan panjang dengan Pak Danu, Ayah mengumpulkan kami di ruang keluarga. Wajahnya tampak suram, matanya sayu, menatap kami dengan penuh keraguan dan kelelahan.
"Ayah sudah pikirkan ini baik-baik," katanya perlahan, suaranya hampir berbisik. "Mungkin sudah saatnya kita menyerah."
Aku terkejut mendengar kata-kata itu. "Maksud Ayah, menyerahkan asuransi itu ke Om Doni?" tanyaku dengan nada tidak percaya.
Ayah mengangguk pelan. "Ini bukan tentang menyerah tanpa perlawanan, Fi. Tapi, kalau kita terus seperti ini, Gian yang akan kehilangan lebih banyak. Uang memang penting, tapi keutuhan dan ketenangan keluarga jauh lebih penting. Ayah tidak ingin Gian tumbuh dengan melihat keluarga terus bertengkar."