Hari Selepas Kepergian Mereka

Rika Kurnia
Chapter #22

Tergapai

Beberapa bulan setelah tragedi itu, hidup kami mulai menemukan ritme baru. Aku, yang baru saja lulus SMA, menghadapi kenyataan bahwa kuliah harus kutunda demi Gian dan keluarga. Meskipun berat, aku tahu ini adalah keputusan yang tepat. Gian membutuhkan kami lebih dari apa pun, dan keluarga kami butuh stabilitas yang baru.

Aku mulai mengambil peran lebih serius di warung soto. Jika sebelumnya aku hanya membantu di sela-sela waktu sekolah, kini aku yang memegang kendali penuh, menggantikan almarhum Mas Figo. Setiap pagi, aku bangun lebih awal untuk menyiapkan bahan-bahan, memastikan semuanya siap sebelum warung buka. Dengan sisa semangat yang dimiliki keluarga kami, aku bertekad untuk membuat warung ini tetap hidup—bukan hanya untuk kenangan Mas Figo, tapi juga untuk masa depan Gian.

Namun, aku menyadari bahwa hanya mengandalkan warung soto tidaklah cukup. Ingatanku kembali pada usaha soto online yang dulu dirintis oleh Mbak Vita. Meski sempat terhenti setelah kecelakaan itu, aku tahu bahwa inilah peluang untuk memperluas usaha kami. Dengan dukungan dari Mas Frodi yang kini sudah pulih sepenuhnya, aku mulai merencanakan strategi baru untuk menghidupkan kembali soto online.

Bekerja keras siang dan malam, aku belajar tentang pemasaran digital dan bagaimana memanfaatkan media sosial untuk menarik pelanggan. Pelan-pelan, usahaku mulai menunjukkan hasil. Pesanan mulai berdatangan, bukan hanya dari lingkungan sekitar, tapi juga dari daerah lain yang penasaran dengan kelezatan soto kami. Keberhasilan ini bukan hanya membawa kebanggaan, tetapi juga penghasilan tambahan yang sangat berarti bagi kami.

Dalam hitungan bulan, usaha soto online kami berkembang pesat. Aku bahkan harus mempekerjakan beberapa karyawan tambahan untuk membantu produksi dan pengiriman. Dengan penghasilan yang semakin meningkat, kami tidak lagi merasa khawatir tentang kebutuhan sehari-hari atau masa depan Gian. Sebaliknya, kami kini memiliki cukup uang untuk mulai menabung dan merencanakan masa depan yang lebih baik.

Meskipun kuliahku tertunda, aku merasa tak pernah menyesal. Melihat Gian tumbuh bahagia dan warung soto kami semakin maju, aku tahu bahwa ini adalah jalan yang telah kutakdirkan. Aku tidak hanya belajar tentang usaha, tetapi juga tentang pengorbanan dan cinta sejati. Semua yang kami lakukan, kami lakukan untuk Gian dan untuk keluarga kami. Kini, kami yakin bahwa Gian akan tumbuh dengan baik, dikelilingi oleh cinta dan dukungan, serta dengan warisan yang jauh lebih berharga daripada uang asuransi yang pernah kami pertaruhkan.

Warung soto peninggalan Mas Figo yang sebelumnya hanya berjalan di dua lokasi kini menjadi pusat perhatian utama kami. Mas Frodi, dia juga mulai aktif terlibat dalam pengelolaan warung. Awalnya, dia hanya membantu sebisanya—memastikan operasional sehari-hari berjalan lancar, mengelola bahan baku, dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Namun, seiring waktu, dia menemukan kembali semangat dan motivasi yang sempat hilang pasca kecelakaan itu.

Suatu hari, setelah menyaksikan pelanggan yang semakin ramai, Mas Frodi mengajukan ide untuk membuka cabang baru.

“Kita enggak bisa terus bergantung pada dua warung aja, Fi. Kalo kita bisa buka cabang di tempat lain lagi, kita bisa memperluas jangkauan dan meningkatkan penghasilan,” katanya dengan mata berbinar-binar malam itu

Aku setuju dengan ide itu, dan kami mulai berdiskusi tentang strategi ekspansi. Kami berdua bekerja keras memetakan lokasi strategis untuk cabang baru, memeriksa area dengan potensi pelanggan yang besar, dan merencanakan menu yang bisa menarik lebih banyak orang. Dengan bantuan Ayah, kami juga mengatur ulang sistem keuangan, memastikan semua berjalan transparan dan efisien.

Lihat selengkapnya