Ady, iya itu namaku, aku adalah alumni anak didik sebuah SMA yang berada di kabupaten Wonosobo, sebuah tempat yang membuatku menjadi manusia, benar-benar manusia, bukan semacam manusia sawah lagi, yang hidup hanya sekedar hidup, tidak melakukan apa pun tanpa digerakkan oleh angin, tempat inilah yang menemaniku tumbuh menjadi seorang dewasa bersamaan dengan kelakuan konyol teman-temanku di sana, tidak lupa juga dengan rasa benciku kepada anak osis yang belagu dan sok keren.
Aku termasuk orang yang tidak setuju jika ada yang bilang masa SMA itu adalah masa paling indah untuk berpacaran, karena pada kenyataannya aku adalah murid yang kesulitan untuk mendapatkan seorang pacar, biarpun aku sudah berusaha sangat keras untuk mendapat seorang pacar. Tapi begitulah, ketika teman-temanku PDKT dan akhirnya jadian, kenapa PDKTku selalu berakhir dengan kegagalan, entahlah. Padahal aku tidak lebih burik dari teman-temanku yang lain, hahahaha
Biarpun begitu, walau PDKTku selalu berakhir dengan kegagalan, aku tetap saja tidak bosan untuk berburu seorang pacar, adik kelas dan kakak kelas sudah pernah aku coba dekati, selalu saja ada sesosok siswi yang aku kagumi setiap harinya, kagum bukan berarti harus memacarinya menurutku, jadi cukup bagiku untuk mengatakan “kamu cantik, aku suka” dalam hati saja, tanpa mengucapkannya langsung di depan orang yang aku kagumi itu. Tapi, kalau bisa memacarinya ya aku akan sangat bersyukur sepertinya, karena aku tidak memiliki kepercayaan diri jika harus mendekati seorang siswi yang cantiknya di atas level siswi-siswi yang pernah aku anggap cantik sebelumnya,
Beruntungnya, waktu itu sangat mudah untuk mengenal dan dekat dengan siswi yang aku kagumi di sekolah, aku hanya harus pergi ke kantin bersama teman-temanku, berjalan sambil tebar pesona dan berkata dalam hati bahwa “aku adalah siswa paling keren di SMA ini”, mencuri pandang mencari siswi paling menarik dan kemudian mengangkatnya ke sebuah pembicaraan serius di bangku kantin sekolah, ditemani segelas es susu dan ada juga yang merokok di belakang kantin sekolah sambil berharap tidak ada guru yang melihat, tidak lupa membawa sobekan kardus untuk kipas-kipas agar asap rokoknya hilang tidak menggumpal, sesekali saling join menjoin rokok karena tidak semua dari kami membawanya, tapi aku tidak merokok karena memang aku bukan perokok. Sambil menikmati kebebasan sementara yang kami rasakan, kami mulai membicarakan siswi cantik yang dilihat ketika perjalanan ke kantin tadi, namanya, rumah siswi itu. Tapi mengetahui namanya sudah cukup bagiku, jika ingin mengenal lebih dekat tinggal ketik saja namanya di kolom cari sosial media atau kalau tidak tunggu saja ada yang bc nomor bbmnya, begitulah waktu itu, sangat mudah untuk mendapat nomor seorang siswi cantik.
Iya, sangat mudah mendekati seorang siswi yang aku kagumi waktu itu, tapi selalu saja berakhir dengan kegagalan. Itu semua bukan menjadi masalah bagiku, karena di luar itu semua aku memiliki teman-teman satu kelas dan satu angkatan yang sangat menyenangkan, beserta para guru yang menyebalkan dan menyenangkan juga, aku sangat berterimakasih kepada mereka. Oh iya, Aku bukan murid yang nakal dan aku juga bukan murid yang berprestasi, aku murid biasa, sama seperti murid kebanyakan di SMA, itu menurutku, tidak tahu bagaimana aku di ingatan orang lain ketika aku SMA dulu. Semua itu akan menjadi ingatan yang menyenangkan ketika aku mendengar suara hujan, masa dimana aku sangat ingin tetap berada di sana selamanya. Sungguh sangat berkesan tempat itu bagiku, tempat yang sangat nyaman untukku berpura-pura belajar. Dan, aku ingin bercerita dari awal aku masuk sampai pada akhirnya lulus dari SMA, semoga ada pelajaran yang bisa diambil dari ceritaku, bukan hanya sekedar tulisan saja. Aamiin