Pagi sekali Ucil datang ke rumahku, aku masih tertidur dan ileran. Ucil bersuara memanggil namaku di teras rumah.
“Ady.. Ady..” suara Ucil memanggilku.
“Dy... Ady...” Ucil kembali memanggilku.
“Eh, kamu Cil” ibuku membuka pintu, dan mengajak Ucil masuk ke dalam rumah.
“sekarang berangkat sekolah?” tanya ibuku kepada Ucil.
“Anu, sekarang pengumuman penerimaan peserta didik baru di SMA kemarin” jawab Ucil dengan sangat serius, seakan akan dia sudah pasti akan diterima di sana.
“Si Ady masih tidur malah” kata ibuku memberitahu Ucil.
“masih tidur?” tanya Ucil dengan sedikit terkejut.
“sana kamu yang bangunin,” ibuku menyuruh Ucil membangunkanku.
Ucil meletakkan tasnya di ruang tamu rumahku, lalu berjalan menuju kamarku untuk membangunkanku yang masih tertidur dan ileran.
“Dy.. woy! Bangun dy!” Ucil dengan suara agak keras mencoba untuk membangunkanku, tapi aku masih tetap tidur dengan mengusap ilerku yang sudah membentuk sebuah pulau di bantal.
“Dy! Sekarang ada pengumuman, ayo!” percobaan ke sekian kalinya dari Ucil untuk membangunkanku, tapi kali ini dia sambil menarik selimut yang sedang aku peluk dan menonyol-nonyol kepalaku.
Aku sedikit mendengar kata “pengumuman” dari Ucil, sehingga aku sedikit kaget dan langsung bangun untuk segera menuju ke kamar mandi.
“Ohh Cil” aku menyapa Ucil, Ucil pun menggeleng-gelengkan kepalanya.