Derap langkah seorang wanita menyusuri jalanan pada rumput yang masih basah. Bukan karena hujan, tapi basah karena embun yang muncul di pagi yang masih sejuk.
Sepasang kaki dengan sepatu flat berwarna biru tua tampak berlari kecil karena tergesa. Terdengar pula suara nafas dari bibir wanita itu karena terengah-engah. Lalu melambat dan berjalan pelan saat memasuki sebuah bangunan.
Sebuah gereja Kristen dengan bangunan model kuno dan semi klasik. Tampak megah baik dari luar maupun dari dalam, dengan atap yang menjulang tinggi.
Wanita itu masuk dan melangkahkan kakinya ringan tak bersuara dan memilih tempat duduk paling belakang. Supaya tak terlihat jika ia terlambat datang.
Ia langsung memejamkan matanya, mengikuti doa yang sedang dipimpin oleh Pendeta. Terlihat sangat khusuk.
Dengan balutan baju terusan berwarna putih dan sedikit berenda pada bagian krah dilehernya, Luisha tampak cantik dan berseri. Ia datang seorang diri tanpa ditemani sang guardian. Karena sang mama sedang tidak enak badan.
Begitulah Luisha menguduskan hari Minggu. Hampir tak pernah ia melalaikan kewajibannya sebagai umat beragama dan umat Kristen.
Di akhir ibadah, ada doa yang selalu ia panjatkan. Tak pernah ia melewatkannya barang sekali saja. Yaitu selalu meminta kebahagiaan untuk orang-orang tercinta dalam hidupnya.