HARMONI BERKASIH

Soelistiyani
Chapter #9

Eat, Sing, Love (1)

Weekend ini, Dewa disibukkan dengan acara manggung bersama Nude band di kawasan Lembang. Karena lokasinya yang lumayan jauh dari rumahnya dan juga perkara waktu yang tidak memungkinkan untuk pulang karena jam manggung yang selesai terlalu larut. Ia memutuskan untuk tidur disana, di back stage.

Tubuh kurusnya terasa begitu letih, ditambah cuaca dingin yang menyelimuti daerah itu. Meski berbalut jaket, tetap saja udara malam yang dingin tak bersahabat dengan badannya.

***

Sekitar pukul sepuluh pagi, dikeesokan harinya, Dewa sampai dirumah. Badannya terasa makin lunglai ditambah adanya perjalanan pulang dengan mengendarai sepeda motor. Lekas ia membersihkan diri dan melakukan makan pagi yang terlambat.

Matanya kembali terasa begitu lekat setelah perut terisi. Dewa benar-benar kecapean, hingga ia rebah begitu saja di kasurnya. Dan sekejab tak sadarkan diri, terlelap dalam tidur siangnya.

Hari menjelang sore, Dewa berusaha membuka matanya walau masih terasa susah. Ia berusaha menggerakkan jari-jarinya dan mengangkat kepalanya. Namun seakan tak berdaya, kepalanya terlalu pening untuk dipaksakan bangun. Seperti sedang menaiki komidi putar.

Seluruh persendian terasa linu, badannya terlalu menghangat. Ia tersadar, bahwa ia sedang demam. Wajahnya memucat dengan tenggorokan yang mengering.

Ia meraba-raba saku celananya, berniat mencari ponselnya. Tapi tampaknya ia lupa, bahwa sesampainya dirumah dan mandi, ia sudah berganti celana.

"Ohh iya, hanphone ku ada di saku celana kemarin," desahnya malas. Dan berniat bangun untuk mengambilnya. Namun ... "Arghh ... kepalaku sakit sekali!" Dengan susah payah, ia tetap berdiri dan mengambilnya di saku celana yang sudah terklumbruk di keranjang baju kotor.

"Yah, mati lagi!" keluhnya lagi saat tahu baterainya habis tak tersisa. Karena sejak berangkat manggung hingga sampai rumah ia lupa menge_charge. Ia pun harus bersabar hingga baterai handphonenya terisi penuh, untuk bisa mengetahui semua chat di WhatsOn nya.

***

Luisha mulai gelisah, Dewa tak membalas chat yang ia kirim sejak semalam. Pikirannya sudah ke mana-mana, padahal sehari sebelum manggung Dewa sudah memberitahunya.

Berkali-kali, ia buka WhatsOn nya tapi tetap tak ada chat masuk dari Dewa. Ia terus saja mondar-mandir di kamar, sambil sesekali menatap ke luar jendela bertralis itu. Ia mulai resah dan khawatir dengan keadaan Dewa.

Sang mama yang kebetulan lewat depan kamar Luisha yang memang sedang terbuka pintunya. Tak sengaja melihat Luisha sedang mondar mandir depan jendela sambil menggenggam ponselnya. Walau sedikit heran tapi mengabaikannya, ia terus saja berjalan ke arah ruang laundry untuk mengambil sesuatu di sana.

Sekembalinya mama Aini, ia melewati kamar Luisha lagi dan masih saja mendapati putrinya dengan tingkah yang masih sama. Ia pun menghampirinya.

"Sha, kamu kenapa? Mama perhatikan kamu lagi gelisah gitu." Terpaksa mama Aini masuk dan mendekati Luisha. Bahkan ia ikut melongok keluar jendela untuk melihat apa yang terjadi diluar sana.

"Nggak mam, nggak ada apa-apa,* jawab Luisha suntuk. Masih sesekali melihat ponselnya yang terus bergetar tanda ada pesan masuk. Tapi setelah di lihatnya ternyata bukan dari Dewa, melainkan dari teman-teman kampusnya dan beberapa grup kuliah. Ia makin cemberut, bahkan ia tak pandai menyembunyikan ekspresi kegalauannya.

"Trus kenapa mukamu cemberut gitu ihh? Kamu lagi nungguin seseorang? Teman kamu? Ada yang z Znrapa pertanyaan.

"Nggak mah, nggak ada,* jawab Luisha makin lesu.

"Noh ... trus?" tanya mama Aini lagi. Sementara Luisha tak menjawab. Membuat sang mama makin penasaran, lantas ia melirik ke arah ponsel putrinya yang tengah di genggam erat tepat di depan dadanya.

"Oooo ... lagi nungguin telfon? Iya kan? Dari siapa sih? Cowok pasti ya? Pacar??" mama Aini bertanya lagi dan lagi sambil tersenyum menggoda.

"Ihh, mama kenapa sih pengen tau banget!"

"Ya, memang salah kalau mama pengen tau? Nggak apa-apa juga kalau kamu pacaran, kan kamu udah dewasa."

"Iya, tapi ini bukan pacar maaah ..."

"Ooo, maksud kamu belum? Okey, nggak apa-apa juga. Pdkt itu perlu, yaudah mama tinggal dulu ya," sambil tersenyum mama Aini keluar dari kamar Luisha.

***

Tepat jam sembilan malam, Dewa berhasil menghidupkan kembali ponselnya setelah baterai terisi penuh. Ada puluhan chat masuk dari beberapa kontak. Namun ada satu yang sangat menyita perhatiannya, hingga ia tak sabar untuk membukanya. Yap, dari gadis si rambut coklat, Luisha.

Ia tampak menyesal karena tak membukanya dari kemarin malam. Padahal Luisha hanya menanyakan keadaannya, bagaimana manggungnya? Sudah makan atau belum? Dan dengan segera Dewa membalas chat itu.

"Malam Luisha ... maaf banget aku baru buka WhatsOn. Dari kemarin aku kecapean trus sampai rumah batere habis juga. Maaf ya, baru bisa balas chat kamu!"

Lihat selengkapnya