Siang ini begitu terik, suhu di kota Jogja berada di 33 derajat Celcius. Begitu panas membakar.
Luisha berencana memesan ojek online, karena Alya hari ini tidak masuk kuliah dikarenakan sedang sakit. Belum juga dipesan ojeknya, tiba-tiba ia dikejutkan oleh sebuah panggilan masuk dari seseorang yang tampaknya sudah ia lupakan.
"Ya, halo ... kak Raffi?" setengah tak percaya, tapi ini benar-benar Raffi.
"Luisha, masih inget aku kan? Aku sekarang ada di depan kampusmu. Aku jemput kamu ini!" Dengan percaya diri, Raffi langsung bilang bahwa dia sedang menjemput Luisha.
Dari gaya bicaranya pun sudah tidak seperti dulu. Sudah tidak pakai kata mbak, atau mbak Luisha. Seperti sudah tak ada jarak lagi. Layaknya teman akrab.
"Ta ... tapi kak."
Tanpa bisa mengelak, Luisha pun akhirnya mencoba mendekati mobil hitam klasik yang terparkir di depan gerbang kampusnya.
Setelah sekian purnama tak muncul di hadapan Luisha, atau sekedar chat, bahkan menelpon juga tidak. Tiba-tiba seorang Raffi keluar dari dalam mobil itu dan menyambut Luisha.
"Hai Luisha, apa kabar?" Raffi menyapa dengan tiba-tiba saat Luisha mendekati mobil itu.
Luisha hampir tak mengenali Raffi kala itu, sebab kacamata hitam yang sedang dipakainya. Tak dipungkiri, penampilan Raffi tiga kali lebih keren dari yang dulu pernah di lihatnya. Rambut bagian depan dibuat sedikit jabrik, dan memakai kaus fit body.
Walau dihatinya mengakui bahwa Raffi itu tampan, tapi saat itu Luisha tak banyak bicara. Ia masih bingung, untuk apa Raffi menjemputnya dan hendak mengantarnya pulang.
"Yuk masuk, aku akan mengantarmu pulang." ucap Raffi seraya membukakan pintu mobil sebelah kiri untuk Luisha.
Luisha masih terdiam, lalu menurut saja untuk masuk ke dalam mobil Raffi. Ia sungguh tak enak hati jika menolak niat baik Raffi.
"Sudah lama ya kita tidak bersua," Raffi tanpa kikuk membuka obrolan untuk basa basi. "Gimana kabarnya?"
"Kabarnya baik kak!" jawab Luisha seadanya.
"O..ya, aku belum tahu rumahmu, bisa kau beritahu alamatnya?" tanya Raffi sambil terus tersenyum.
Lagi-lagi Luisha menjawab dengan seperlunya, "di kompleks Kencana kak."
"Oh, aku tahu itu. Oke, baiklah! Atau mau mampir dulu beli es? Pulang kuliah pasti haus ya kan, mana panas banget cuacanya."
Dengan berpikir lama, Luisha pun akhirnya mengiyakan, karena ia merasa tak enak hati pada Raffi. Bagaimanapun dulu Raffi pernah berjasa padanya. Dan, tak ingin buru-buru menebak maksud Raffi yang sebenarnya. Tak ingin merasa kepedean atau bagaimana.
Raffi melipirkan mobilnya perlahan. Dan berhenti di depan sebuah bangunan.
"Katanya beli es, kenapa berhenti di sini?" bathin Luisha bertanya.
Dengan segera, Raffi keluar dan membukakan pintu sebelah kiri lagi. Luisha pun keluar tanpa sepatah kata. Ia hanya diam mengikuti maunya Raffi. Lalu Raffi mengajaknya masuk ke sana. Sebuah kafe semi mewah yang tampak agak sepi dan tenang.
Raffi memilih tempat di sudut, agar leluasa untuk ngobrol.
"Mau minum apa?" tanya Raffi dengan ramah.
"Apa aja kak, yang dingin," jawab Luisha dengan sopan.
"Pilih aja, yang dingin banyak. Tapi nggak ada es teh di sini," ujar Raffi di ikuti canda. "Becanda koq!"
"Yaudah, Lemon squaish aja, kak."
"Baiklah." Kemudian Raffi memangil seorang waitress dan memesan Lemon squaish untuk Luisha dan ice caramel coffe untuknya.
"Mau makan?" Raffi menawarkan kembali pada Luisha untuk makan, mengingat ini waktunya makan siang.
Tetapi Luisha menolak, "Oh, enggak kak, makasih!"
Sambil menunggu pesanan minuman datang, Raffi mengajak berbincang pada Luisha. "Maaf ya, kemarin-kemarin aku menghilang lama, nggak pernah menghubungi kamu."
"Memangnya kak Raffi menghilang kemana?"
"Sebenarnya bukan menghilang, kan aku bukan buronan, hehehe ... Cuma, aku ada magang di Brisbane, Australia," jelas Raffi.
"Kenapa jauh sekali? Lalu pekerjaan kakak di Ersya?"