HARMONI BERKASIH

Soelistiyani
Chapter #35

The First Meet (End)

Juni, 2024

Hari berganti hari menuju hari yang ditunggu Dewa dan Luisha. Ada perasaan senang dan sedih bercampur di hati Dewa. Senang karena akan segera bertemu langsung dengan pujaan hati. Di samping itu, Dewa juga sedih karena harus meninggalkan ibu untuk sementara waktu.

Dengan terpaksa, Dewa meminta abangnya untuk tinggal sehari di rumah mereka. Untuk menjaga dan merawat ibu dihari itu. Dan memastikan ibu aman, agar iapun tak khawatir saat pergi.

Dewa berencana pergi ke Jogja hanya sehari tanpa menginap. Hanya bermalam di kereta saat berangkat dan pulang. Ia mengambil perjalanan malam pukul delapan malam, dan diperkirakan tiba di Jogja saat subuh.

Malam ini sepertinya Dewa sudah tak bisa tidur dengan nyenyak. Bertemu Luisha makin jelas di angan-angannya. Ia pun juga sudah memesan tiket secara online.

Hanya untuk melewati malam ini saja rasanya terlalu berat. Luapan rindu sudah dipucuk kepalanya. Dewa mencoba memejamkan mata sebisa mungkin agar cepat menemui pagi.

Malam berlalu dan menjumpai pagi yang ditunggu. Dewa telah meminta ijin pada ibu dan kakaknya untuk rencana kepergiannya ke kota Jogja. Tentunya ia sudah menceritakan untuk apa tujuan ia pergi ke kota itu. Sang ibu dan abangnya pun memberi restu dan ijin kepadanya.

"Pandai-pandailah menjaga diri ya Wa, baik di perjalanan maupun saat bertemu neng Luisha. Selalu berhati-hati, karena di dunia ini banyak godaan!" pesan mendalam ibu pada Dewa sesaat sebelum keberangkatan.

Dewa pun menjawab dengan santun, "iya mah, abdi akan selalu ingat pesan mamah dimanapun abdi berada. Doain abdi selamat sampai tujuan dan kembali ke rumah juga dalam keadaan sehat." Pinta Dewa sambil mencium tangan kanan ibunya dan juga abangnya.

Sang ibu mengangguk, dan tampak menitikkan air mata saat tangannya di kecup halus oleh putra bungsu kesayangannya itu. Ia tak biasa melepas putranya itu pergi jauh meski hanya sebentar.

Dewa tersenyum lembut, "mamah jangan nangis mah, Dewa kan cuma perginya sebentar. Anggap saja Dewa lagi pergi rekreasi ke luar kota." Sambil tangannya mengusap pipi sang ibu yang telah basah oleh air mata. Kemudian dipeluknya sang ibu seerat mungkin. Setelah peluk ibu, lalu beralih ke abangnya yang berdiri disamping ibu.

"Bang, titip mamah bentar ya! Jagain mamah!" pesan Dewa pada abangnya seraya memeluk pula.

"Tenang aja Wa, kan mamah aku juga. Pasti aman lah," ujarnya mantap.

"Baiklah semua, aku berangkat ya. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam," balas ibu dan abang sambil berbalas lambaian tangan.

Sambil meraih tas punggungnya, Dewa lantas berangkat dengan memesan ojek online hingga ke stasiun Bandung.

Tibalah ia di stasiun Bandung, lalu segera ia menuju loket untuk pembayaran dan pengambilan tiket yang sudah ia pesan secara online. Sebenarnya ia sama sekali tak paham mekanisme cara naik kereta. Karena ini pertama kalinya. Dewa hampir tak pernah bepergian jauh seumur hidupnya.

Tiket sudah ditangan, saatnya mencari gerbong yang di maksud. Dengan seksama ia berjalan di samping kereta menyusuri dengan teliti agar tidak salah. Setelah menemukan, ia segera masuk dan mencari tempat duduk sesuai nomor yang ada pada tiket. Dan, dengan cepat ia mendapatkan tempat duduknya.

Waktu masih menunjuk pukul 18.50. Artinya masih satu jam lebih kereta itu akan berangkat. Karena ini perjalanan malam, jadi ia sudah mengenakan jaket jeans agat tidak kedinginan dan masuk angin. Apalagi tubuh Dewa memang tidak bandel pada angin malam.

Disamping jendela ia duduk, dilihatnya melalui kaca orang berlalu lalang di luar maupun didalam kereta. Semakin mendekati jam keberangkatan, semakin berkurang keramaian karena hampir semua penumpang sudah masuk kedalam kereta dan duduk ditempat masing-masing.

Pukul delapan malam sudah lewat lima menit, kereta sudah waktunya berangkat. Perlahan ia mulai merasakan pergerakan yang artinya kereta sudah mulai berjalan pelan. Banyak orang diluar kereta melambaikan tangan pada orang-orang didalam kereta. Mereka adalah keluarga atau teman yang mengantar.

Dewa hanya tersenyum tipis sekali, ia bahkan berangkat dan pergi seorang diri tanpa ada yang mengantar. Lalu senyumnya menyurut. Ia menghela nafas dalam-dalam dan menghempaskannya perlahan. Ia sedang berusaha menenangkan jantungnya yang mulai naik turun.

Rasa deg-degan itu mulai muncul padahal perjalanan baru dimulai. Artinya masih sekitar tujuh sampai sembilan jam lagi akan bertemu Luisha.

Satu jam perjalanan telah terlewati, entah sampai mana ia tak tahu. Yang ia lihat hanyalah pemandangan gelap dari luar jendela, sesekali melewati persawahan yang pekat. Menakutkan namun juga mengagumkan. Sebuah pengalaman pertama yang sangat ia nikmati.

Melewati beberapa jam, penumpang lain sudah mulai tertidur. Dewa memandanginya dari depan, samping, belakang. Namun ia sendiri hampir tak bisa ikut memejamkan mata.

Ia ambil sesuatu dari dalam tasnya, headset yang tak pernah ia lupakan ke mana-mana. Segera ia pasang di kedua telinganya. Ia memutar lagu kesukaannya juga favorit Luisha. Lagu Yogyakarta milik KLA Project memang keteduhannya mampu menghipnotis seseorang ikut luruh ke kota itu.

Pulang ke kotamu

Ada setangkup haru dalam rindu

Masih seperti dulu

Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna

Terhanyut aku akan nostalgia

Saat kita sering luangkan waktu

Nikmati bersama

Suasana Jogja


Sekejab membuat Dewa tertidur dengan begitu nyaman. Hingga tak terasa fajar hampir tiba. Artinya, laju kereta tinggal sedikit lagi menemui pemberhentian di tujuan. Dewa terbangun, karena riuh penumpang yang mulai bangun dan mempersiapkan diri untuk turun.

Kereta berjalan lancar, dan tiba tepat waktu. Berhenti di jam 04.20 menit di stasiun di Jogjakarta. Karena waktu yang masih terlalu pagi, tak mungkin ia langsung menemui Luisha.

Ia putuskan untuk sholat dan beristirahat di mushola stasiun. Setelah itu dilanjut mandi dan berganti pakaian di tempat yang sama. Hingga terik matahari mulai hangat dan naik, Dewa menghubungi Luisha.

***

Tamu Sehari

Luisha justru tak bisa tidur nyenyak, karena akan kedatangan tamu. Ia bahkan pagi-pagi sudah terjun ke dapur untuk memasak masakan special. Sang mama tampak senyum-senyum menyaksikannya.

"Putriku sudah dewasa," ucapnya dalam hati.

Setelah selesai memasak, ia bergegas mandi dan mempersiapkan diri. Cermin dihadapannya, seakan menjadi pantulan cahaya diwajahnya. Sejuta rasa yang tak bisa digambarkan lagi bagi sepasang kekasih yang akan bertemu untuk pertama kalinya setelah dua tahun berpacaran.

Lihat selengkapnya