Weekend ini, Dewa ada acara manggung sebagai drumer di band milik teman. Menggantikan drumer mereka yang berhalangan perform. Acaranya dua hari di hari Sabtu dan Minggu malam.
"Yuk, gaskeun," katanya dengan semangat.
Apalagi job yang berhubungan dengan musik, tidak ada kata menolak. Jangankan dibayar, cuma untuk main-main asal gebug aja, ia mau. Daripada bengong, lebih baik melakukan hal yang bermanfaat. Sekaligus berolah raga menguatkan otot tangan. Dan agar tidak lupa cara bermainnya akibat sudah lama tidak main drum.
Misteri hidup itu susah ditebak. Entah kenapa, dulu seolah pintu rejeki seperti ada yang tersumbat dan tak bisa mengalir dari arah manapun. Sekarang, setelah satu pintu rejeki terbuka, pintu-pintu lainnya juga terbuka secara berbarengan.
Dari diterimanya ia bekerja kembali, lalu karyanya bersama Luisha yang diterima oleh seluruh warga di negeri ini. Sekarang, banyak job berdatangan. Meskipun tak sering juga, tapi lebih banyak dibanding dulu.
Seperti biasa, Dewa selalu memberitahu pada Luisha setiap ada job manggung. Biar Luisha tahu dan tak menunggunya untuk bertelepon. Apalagi seringnya saat manggung, Dewa tak bisa dihubungi. Agar Luisha pikirannya tidak kemana-mana dan berasumsi yang tidak-tidak.
"Malem beb, dua hari besok aku ada manggung sama band teman," ucapnya ditelepon siang itu.
"Oh, iya kak. Nge drum ya?"
"Iya beb, mungkin pulangnya agak malem jadi nggak bisa telponan seperti biasa."
"Nggak apa-apa kak, kita juga setiap hari udah telponan. Nah, ini juga kita lagi telponan kan."
"Iya, takutnya kamu nungguin gitu. Dan berpikir yang enggak-enggak," jelasnya.
"Ya, kalo udah ngabarin gini aku nggak bakal mikir yang enggak-enggak juga. Aku malah seneng dengernya, kak Dewa masih aktif bermusik seperti nge drum."
"Iya beb, alhamdulilah."
***
Sabtu malam yang sepi bagi Luisha karena Dewa sedang manggung. Dalam hati Luisha, ada rasa bahagia juga bangga melihat Dewa bisa menabuh drum seperti dulu lagi. Apalagi sebelum acara dimulai sudah sempet video call sebentar. Saat masih gladi bersih.
Dewa pamer kepiawaiannya pada Luisha lewat sambungan video di WhatsOn. Tampak semangatnya menggelora. Senyum lebarnya terus digelar saat sedang berkomunikasi dengan Luisha. Sedikit malu-malu, tapi percaya diri. Ini pertama kalinya, Dewa menunjukkan dirinya saat nge gebug piringan besi itu.
Luisha pun senang sekali melihatnya. Ekspresi Dewa sangat selaras dengan tempo lagunya. Energik dan penuh hasrat. Benar-benar seperti pemain drum band kenamaan yang sering muncul di tivi.
Wajahnya juga tampak cerah bermandikan cahaya lampu panggung yang mengiluminasi. Sayangnya, ia hanya bisa menyaksikan lewat layar ponsel.
Andai aku dekat, pasti aku sudah hadir disana untuk menontonnya dan memberi support padanya. Pasti ia makin bersemangat.
Namun, keasyikannya menonton Dewa saat nge drum harus berhenti sejenak kala perform sudah akan dimulai. Acaranya sudah dibuka oleh sang Master Ceremony. Artinya, Dewa segera memutus sambungan video dengan Luisha.
Ia hanya mengatakan, "dah dulu ya, ini mau mulai. Nanti aku hubungi lagi kalo dah selesai." Begitu kata Dewa pada Luisha.
Luisha pun mengangguk, "iya kak, moga lancar ya acaranya."
"Iya beb, doain ya! daaa ... sayang!"
"Daaaa .... kak!"
Acara manggung pun dimulai, dan Luisha kembali dalam kesepiannya. Menikmati malam Minggu hanya bernyanyi di Runsing. Itupun terasa sepi tanpa adanya Dewa. Hanya membuat rekaman saja di aplikasi tersebut lalu mengunggahnya. Jika sedang hoki, akan banyak didengar orang dan mendapat banyak gift.
Tapi malam itu, Luisha memang sedang nggak mood, ia hanya merekam dua lagu saja lalu mengunggah nya langsung tanpa diulang-ulang.
Biasanya, gadis se_perfeksionis dia, selalu ingin mendapatkan hasil rekaman yang terbaik. Hingga tidak merasa lelah untuk terus mengulang jika masih kurang bagus.
Tapi barusan, ia iseng saja melakukannya. Karena tak tahu lagi mau ngapain saat rasa sepi dan bosan menghampiri.
Beneran sedang gabut Luisha, hingga ia tinggalkan Runsing lalu beralih ke tivi. Padahal, ia terbilang jarang menonton tivi. Karena tidak tertarik dengan acara tivi.
Hingga ia merasa lelah sendiri dan tertidur di pukul sepuluh malam. Sebenarnya, ia akan menunggu Dewa pulang dan ngobrol di WhatsOn barang sebentar. Namun, ia kesepian hingga tahu-tahu ketiduran begitu saja.
***
Dewa sampai rumah pada pukul 23.05 menit. Ia langsung menyantap nasi Padang lauk rendang yang dibelikan temannya. Ia tak sempat makan di sana, ia lebih memilih pulang lebih dulu karena kawatir pada ibu yang sendirian dirumah
Selain itu, ia juga berjanji akan menghubungi Luisha saat sudah pulang. Karena, ia selalu ingat pesan Luisha untuk menghindari keluar rumah di jam malam. Selain tak baik untuk kesehatan Dewa yang mudah masuk angin, juga khawatir akan maraknya kejahatan di waktu tengah malam.
Luisha selalu wanti-wanti, jika ada acara di malam hari sebisa mungkin hanya sampai jam sebelas malam. Atau jika selesai acara atau manggung lebih dari jam itu, lebih baik pulang bersama-sama dengan yang lainnya. Jangan pulang sendirian, apalagi di jalan yang sepi. Sangatlah berbahaya, begitulah pesan Luisha.
Sejenak menghabiskan sebungkus nasi Padang nya, Dewa mengirim pesan pada kekasihnya itu.