HARMONI BERKASIH

Soelistiyani
Chapter #20

Kembali Online

Di hari berikutnya, seusai kejadian atap roboh dan banjir kecil di dapur, rasa capek perlahan menyurut. Dewa teringat suatu hal yang sudah direncanakannya.

Uang hasil manggung masih tersimpan rapi di dompet. Ia berencana menggunakan uang itu untuk menebus ponselnya di rumah gadai. Selain bisa kena denda yang cukup lumayan, ia juga sudah tak sabar untuk menggunakannya untuk segala keperluan.

Dan yang membuatnya sangat tak sabar, karena rasa rindunya pada Luisha. Hari-hari yang sepi semakin menyiksanya. Ia juga khawatir kalau uangnya keburu habis, dan akhirnya tak bisa mengambil kembali ponselnya. Kapan lagi bisa punya uang yang cukup seperti ini. Ia tak tahu.

Tanpa menunggu lama, ia segera pergi ke rumah gadai dan berhasil menebus ponselnya. Ponsel sudah kembali ke tangan. Lagi-lagi ia hanya bisa bersyukur, ujian demi ujian sudah terlewati. Kini saatnya, ia ingin kembali memanjakan hati dan telinganya.

Dengan kembali online, ia ingin kembali melakukan rencana-rencana yang sudah tersusun di otaknya. Seperti melamar kerja yang seolah tak pernah jemu, live produk di olshopnya dan tentu saja ingin segera kembali berkasih dengan sang pacar.

Dewa kembali aktif di WhatsOn dan media lainnya, setelah hampir dua minggu menghilang sejenak dari dunia per_medsos_an. Dan iapun sudah tak sabar ingin segera menghubungi Luisha. Tapi hari masih pagi, tentunya Luisha pun sedang kuliah di jam itu. Dewa menunda keinginannya dan menunggu hingga siang hari.

***

Beberapa hari terakhir, Luisha ingin menyibukkan diri dengan berbagai aktifitas kampus. Ia tak ingin berlarut-larut dalam kesepian menunggu kehadiran Dewa. Ia ingin melewati hari-hari tanpa rasa tersiksa. Mencoba menghibur diri sebisa mungkin. Karena ia tak kan pernah tahu sampai kapan keadaan ini akan berlangsung. Sampai kapan Dewa akan menggadaikan ponselnya.

Daripada terus berharap Dewa mendapat pinjaman hape dari keponakan, lebih baik Luisha fokus dengan kegiatan kampus.

Ia mengikuti pentas teater yang akan tampil sekitar sebulan lagi. Tentu saja, ia harus berlatih ektra dan rutin. Hampir tiap hari selesai jam kuliah, ia berlatih bersama pemain lainnya di auditorium kampus. Ingin menjajal hal baru yang belum pernah ia ikuti semenjak memasuki bangku kuliah jurusan Seni Budaya.

Luisha bisa di bilang gadis berdarah seni. Dari bermusik, menulis puisi, dan seni peran terutama teater, ia gemari. Dan keikutsertaannya dalam pentas teater mendatang, merupakan tantangan yang sangat ingin ia jajal. Lepas dari keinginannya untuk mengusir sepi. "Daripada terus-terusan melamun berkepanjangan tanpa arti," begitu pikirnya.

Bip bip bip ...

Pukul 13.00

Suara ponsel Luisha bergetar tanpa dering. Ia sengaja men_senyapkan notifikasi panggilan karena tak ingin mengganggu acara latihan siang itu.

Namun, siapa sangka ternyata yang baru saja menelponnya ialah Dewa. Dewa sudah tak kuasa lagi menahan rindunya. Ingin segera bersua meski lewat suara. Dan ingin segera tahu khabar kekasihnya itu apakah ia sehat dan baik-baik saja.

Dewa melakukan panggilan hingga tiga kali, namun tetap tak diangkat oleh Luisha. Sedangkan Luisha benar-benar tak tahu dan bahkan sebelumnya tak ada firasat Dewa sudah menebus hapenya dan menghubunginya.

Awalnya Dewa masih berpikir bahwa mungkin saja Luisha belum selesai kuliah. Sehingga belum bisa mengangkat telpon. Berpikir positif saja, meski sebenarnya agak cemas.

Pukul 14.00

Dewa kembali melakukan panggilan, barangkali Luisha sudah selesai kuliah dan bisa dihubungi. Lagi-lagi sudah tiga kali panggilan tetap tak ada respon dari Luisha.

Maksud hati ingin membuat kejutan untuk Luisha, tapi kenyataannya justru Dewa yang dibuat cemas tiada tara. Pikiran Dewa sudah kemana-mana.

"Apa yang tengah terjadi pada Luisha? Apakah ia masih sibuk? Apakah ia sedang sakit, sehingga tak bisa mengangkat telepon? Apakah ia marah karena aku jarang menghubunginya? Apakah ia lupa denganku dan tak lagi menungguku? Atau ..." pikiran Dewa mulai melayang tak terkendali. "Atau dia punya teman baru lagi, seorang laki-laki, teman kampus, yang sangat dekat dengannya?"

Tak ingin pikirannya tercengkeram oleh kecurigaan, Dewa tetap mengutamakan kesabaran. Ia memilih memasuki beranda Luisha di Runsing, melihat hal baru apa yang ada di sana untuk mengusir rasa kangen yang memuncak, seraya menunggu balasan kekasihnya itu di WhatsOn.

Dewa melihat banyak sekali rekaman baru yang Luisha buat. Ia tersenyum senang saat teringat bahwa kala itu ia pernah berpesan, "bernyanyilah sebanyak-banyaknya, saat nanti aku kembali online akan kudengarkan semua nyanyian-nyanyianmu itu." Begitulah sekiranya pesan Dewa. Dan ternyata, Luisha telah melakukannya.

"Dasar cewek penurut! untung aku nyuruhnya yang baik-baik. Dan ternyata benar, sekarang ia jadi punya karya sebanyak ini. Hehe ... makin greget aku!" Dewa tertawa gemas dibuatnya.

Ia dengarkan satu persatu nyanyian itu, suaranya yang halus begitu mengelus intuisi Dewa. Menambah rasa rindu yang ingin segera ia lepas di hadapan Luisha. Menikmatinya sambil terpejam.

"Heem ... ini sih terlalu enak untuk didengarkan. Bikin nyaman."

Kesejukannya merasuk dari telinga, merayap ke otak lalu meluncur ke hati. Tak lupa ia berikan apresiasi terbaik untuk setiap rekaman.

Lihat selengkapnya