HARMONI BERKASIH

Soelistiyani
Chapter #22

Break Time, Again!

Maafkan aku, Luisha! Aku terpaksa begini, dan aku tak bermaksud begitu. Situasi yang mendesakku!

Ditengah kecemasan yang makin membelukar di pikiran Dewa, ia merasa terhimpit pada ruang sempit yang semakin menekan. Bahkan, berjalan ke depan pun yang ditemui hanya buntu di ujung jalan.

***

Sepulang kuliah, Luisha mampir ke sebuah pusat perbelanjaan. Ia bermaksud berburu baju yang bisa di gunakan sebagai kostum untuk pentas teater nanti. Ia pergi seorang diri.

Matanya meneliti tajam pada sebuah hamparan pakaian yang terpajang di sebuah mal di lantai dua. Meski lebih dari satu jam ia disana, namun tak juga menemukan yang pas. Ia pun tak lantas menyerah.

Setelah beberapa kali menjajaki toko demi toko, bahkan butik ala anak muda pun tak luput ia singgahi. Namun masih juga tak ia temukan yang sesuai dengan keinginannya. Setelah lelah berkelana kesana kemari, binar matanya pun mulai kabur tercemar oleh keramaian mal. Kakinya yang mulai pegal dan badan yang mulai meneriakkan sinyal jika ia sudah loyo.

Akhirnya perburuannya berhenti pada sebuah toko baju tradisional khas kota Gudeg. Toko itu sudah sangat populer di daerah itu, namun ini adalah kunjungan pertamanya sebab selama ini ia hampir tak pernah tertarik dengan isi dari toko itu.

Disambut oleh sepasang patung pengantin berpakaian Basahan adat Jawa, toko itu mulai menunjukkan pesonanya di mata Luisha. Dan, ketika kaki Luisha melangkah masuk melewati pintu kaca, ia tambah terkesima ketika lantunan musik gamelan membawanya masuk lebih dalam.

Hampir saja ia tersirap oleh aura mistis kejawen di toko itu, mungkin efek kelelahan hingga membuat pikirannya melayang ringan seketika.

Toko itu menjual baju kebaya modern dan tradisional, baju batik, surjan, beskap, dan pernak-pernik khas Jawa. Ditengah rasa lelahnya, ia mencoba menepis rasa pesimisme di pikiran gadis si perfeksionis ini.

Aku tidak yakin, aku mendapatkan apa yang aku butuhkan di tempat macam ini. Tapi ... disini menarik juga, sungguh etnik!

Dan sepertinya, Luisha mulai tertarik. Hingga rasa penasarannya justru muncul lebih kuat. Melenyapkan rasa lelah yang mulai menawarkan keputusasaan.

Pulang atau lanjut? Lanjut deh!

Ia mulai asyik dengan perburuannya. Hingga ia tak menengok ke sekeliling. Dan tak mengetahui bahwa ia telah menjatuhkan barang miliknya tanpa sadar. Seseorang menyapa nya dari dekat.

"Mbak, mbak!" sapa seorang pria berbaju batik.

"Ah ... iya kak?" jawab Luisha dengan terkejut. Matanya tertuju pada benda yang tengah disodorkan pria itu padanya. Sebuah dompet berwarna coklat susu miliknya. Ditengah rasa bingungnya, mengapa dompetnya bisa dipegang pria itu. Ia sempat melirik ID card pria itu.

"Ini dompet mbak jatuh disitu. Saya melihatnya, untung tidak ada orang yang mengambilnya sebelum akhirnya saya ambil dan kembalikan ke mbak," kata pria itu santun dan sopan sekali.

"Oh, makasih kak Raffi. Aku nggak sadar telah menjatuhkannya. Untung saja kakak melihatnya." Luisha menerima dompet itu dengan sangat senang.

"Sama-sama, ada yang bisa saya bantu lagi mbak? Mbak sedang mencari apa, barangkali bisa saya tunjukkan tempatnya." Pria itu menawarkan bantuan dengan sangat ramah.

Mereka bertukar senyuman perdana mereka, pria itu senyumnya sangat menawan. Wajahnya bersih dan cerah. Penampilannya rapi dan formal. Tak heran jika ia adalah seorang Supervisor Toko, begitu yang Luisha tahu dari ID card yang tertera.

Sebagai konsumen yang baru pertama kali berkunjung ke toko itu, Luisha sangat terkesan dengan pelayanannya yang sangat ramah. Hampir saja ia dibuat gagal fokus karena sebuah pandangan pertama.

"Ehmm ... aku hanya mencari ... baju untuk kostum teater kak," jawabnya gelimpungan saat matanya bertemu mata Raffi. Ia menemukan sorot mata aneh didalamnya. Segera ia menjatuhkan pandangan ke bawah, tak ingin melanjutkan praduganya sendiri.

Lihat selengkapnya