HARMONI BERKASIH

Soelistiyani
Chapter #21

Ibu Sakit

Bulan baru, kediaman Luisha

"Pagi ma!" sapa Luisha pada sang mama di sebuah pagi yang bersinar. Mama Aini sedang bersiap melakukan sarapan pagi di meja makan. Luisha pun sudah bersiap pergi kuliah. Tak lupa ia sempatkan untuk sarapan bersama meski hanya sepotong roti dan susu rendah lemak.

"Waow, Milky bread !" seru Luisha girang. Ia memang doyan roti apa saja, tapi hanya milky bread yang begitu menggugah nafsu sarapannya. "Pasti mama sudah gajian ya?" tebak Luisha.

"Kamu itu selalu tahu kapan mama gajian," kata mama Aini sambil menyeruput kopi panas ditemani ubi cilembu panggang, favoritnya. Ibu dan anak yang beda generasi itu, juga beda selera.

"Tahu dong, kan ada milky bread."

Mama Aini tertawa simpul. Luisha tahu persis, karena milky bread merk kesukaannya itu hanya ada di toserba yang letaknya agak jauh dari rumah. Dan biasanya, sang mama hanya pergi ke sana tiap habis gajian untuk membeli kebutuhan bulanan. Mama Aini pun tak pernah lupa membelikan roti kesukaan putri semata wayangnya itu.

Luisha tengah menikmati roti itu dengan senangnya. Demikian juga sang mama sedang menghabiskan menu sarapannya sambil berbincang santai.

"Sha, mama sudah transfer uang saku bulanan kamu. Sudah di cek?" tanya mama Aini pada Luisha.

"Ehm ... belum ma, nanti aku cek. Makasih ya ma!"

"Iya sayang, tolong di hemat ya! Karena bulan ini, mama banyak pengeluaran. Jadi semisal uang kamu habis, mama nggak bisa nambahin lagi. Ngerti ya?"

"Siap boss, pesan di terima dan siap dilaksanakan, hehehe!" Luisha menghabiskan rotinya sambil senyum-senyum.

Hatinya sedang cerah. Hari-hari belakangan ia terlihat gembira. Dari terhubungnya kembali komunikasi antara dia dan Dewa, juga terisinya kembali saldo direkeningnya yang sudah hampir kosong.

Semangat pagi pun mengiringi langkahnya hingga sampai di kampus tercintanya.

***

Kecemasan baru, kediaman Dewa.

Waktu subuh sudah berjalan, dan kali ini Dewa bangun tanpa teriakan ibu. Ia bahkan sudah bangun sedari tadi karena mata yang susah terpejam lagi saat terbangun menjelang pukul tiga pagi.

Tanpa menunggu ibu teriak untuk membangunkannya, ia pun segera beranjak dari kasurnya dan segera pergi wudhu. Setelah selesai wudhu, ia kembali ke kamar dan melakukan sholat subuh dengan khusyu.

Beberapa saat bertelut dalam perenungan subuh yang teduh, tak pernah bosan ia naikkan doa dan harapannya. Memohon ridhoNya untuk senantiasa membukakan pintu rejeki yang seluas-luasnya. Mengalir lewat pekerjaan yang sudah dinantikannya. Dan ia pun mengucap kata, "alhamdulilah," diujung visitasi nya terhadap Sang Khalik.

Lalu melipat sajadah berwarna hijau dan merapikannya. Tak lupa tempat tidurnya ia rapikan seperti sedia kala. Pikirannya melayang, seketika ia teringat ibu. Hingga subuh hampir selesai, ia tak jua mendengar suara ibu.

Dewa pun segera menghampiri kamar ibu. Perlahan ia buka pintunya, dan melihat ibu masih tidur. Dengan lirih, ia panggil ...

"Mah, mamah .." hingga berkali-kali memanggil, namun tak ada jawaban dari ibu. Ibu masih terlihat sangat pulas. Ada sedikit perasaan tak enak dihati Dewa, karena tak biasanya ibu begini.

Ia memutuskan untuk menunggu ibu bangun dengan sendirinya. Sambil ia mengerjakan pekerjaan rumah, seperti mencuci piring dan memasak seadanya untuk sarapan. Setelah itu, ia lanjut menyapu lantai.

Hingga selesai mengerjakan pekerjaan rumah, Dewa tak juga melihat ibu bangun. Ia semakin cemas dan tidak tenang. Ia kembali masuk ke kamar ibu dan kali ini ia membangunkan ibu dengan cara menggoyang-goyangkan kaki ibu dengan pelan.

Betapa ia terkejut setelah menyentuh kaki ibu, terasa panas sekali. Ia juga menempelkan punggung telapak tangannya pada dahi ibu. Ternyata benar, ibu sedang demam.

"Mah ... mamah sakit ya, badan mamah panas." Dewa sedikit panik, namun berusaha tenang. Ternyata benar, perasaannya sedari tadi tidak enak karena tak biasanya ibu begini.

"Sarapan trus minum obat yuk mah," kata Dewa lembut.

Lihat selengkapnya