Harmoni, Disharmoni

Susi Idris
Chapter #5

LIMA

Sambil berbaring, aku dan Mika terus bernyanyi. “Setiap hari kusiram semua. Mawar melati semuanya indah!”

Dering ponsel menginterupsi nyanyian kami. “Tunggu, ya. Mama angkat telepon dulu.” Aku menuju kabinet dekat jendela, tempat kuletakkan ponselku saat baru masuk ke kamar ini.

“Ra, dua minggu lagi kamu jadi, ‘kan, ke Singapura?”

“Iya, jadi,” kataku seraya duduk di sisi tempat tidur. Mika sedang berbicara dengan boneka beruangnya. “Ibu gimana? Jadi datang Sabtu ini?”

“Jadi, Ra, tapi Ibu pikir lebih baik sama-sama Salman besok.”

“Salman mau ke Jakarta? Dalam rangka apa?”

“Loh, kamu belum dikasih tahu?" Ibu terdiam sejenak dan aku tidak berniat menjawab. "Minggu lalu, waktu menyanyi di kafe, dia ketemu orang yang katanya mau orbitkan dia jadi penyanyi. Orang itu tinggal di Jakarta, jadi—”

“Jadi penyanyi?” kataku sinis.

“Ma,” Mika menyela kalimatku, “lapal.”

Aku meraih tangan Mika. Dia menyuruk di leher dan perutku sambil terus berkata ingin makan sup jamur. “Aku bingung dengan jalan pikiran anak itu—”

Lihat selengkapnya