Senja itu .... senja beberapa minggu lalu. Kita terduduk bersama disaksikan banyak insan. Menonton tarian hujan yang begitu elok di pandangan. Semula tempias kemudian rintik perlahan ritmenya bertambah hingga menderas. Dihiasi gemuruh petir menyambar sesekali. "Membuat gemas," Katamu. Entah pada petir atau padaku, tapi sepasang mata itu mengutarakan segalanya.
Kita bercengkrama lama di sana, di meja panjang depan warung pinggir jalan. Segelas kopi susu mengepul di depanmu. Sungguh aku tergoda mengecapnya barang seteguk saja, tapi kau jauhkan. Tega. Aku kedinginan malah kau biarkan, dan kopi itu kau habiskan dengan rakus. Aku kesal lalu mengalihkan pandangan pada hujan untuk mengabaikanmu. "Agar perhatianmu tidak terbagi pada kopi," katamu lagi. Kemudian tertawa sembari memainkan mata. Tak lucu, tapi aku tertular tawa. Kita pun tertawa bersama.
Ah kenang, sungguh menyenangkan. Hal-hal tak seberapa itu selalu jadi berkesan bila dilalui bersamamu. Aku betah berlama-lama ditemani lengkungan manis di bibirmu yang dihiasi tahi lalat di atasnya, aku suka menatap matamu yang dibingkai bulu lentik itu. Aku bahagia mendengar tawamu yang renyah seperti kripik favoritku. Candamu sederhana, tapi membuat kuterpana. Kamu tau? Kejenakaanmu itu ... seru. Dan aku suka.