Hujan ini lagi ... hujan yang membawa pikiranku menyorot balik sebuah kenangan bersamamu. Kenangan yang nyata untuk rasa yang salah. Ya, benih rasa ini mulai tumbuh selepas hujan deras yang menahan kita bersama penanti angkutan umum lainnya--- di warung tepi jalan, senja itu.
Senja pun lekas bergegas, hujan tak lagi deras, dan aku pun pulang dengan harap yang tertinggal--- di sana, bersamamu. Karena sejujurnya aku masih betah berlama-lama mendengar suaramu yang renyah itu. Ah! Aku jadi rindu tertular tawamu, menatap bola mata indahmu, dan mengikuti irama bulu mata lentikmu. Konyol, tapi asyik. Sesederhana itulah bahagia bagiku, saat bersamamu.