Bunga bisa saja layu dan berguguran, tapi puing mahkota keringnya masih berserakan di tanah. Begitupun dengan cinta, boleh saja rasa itu kau usaikan, tapi pikiranmu masih sibuk menata kepingan kenangan yang masih berserakan di beranda hatimu.
Kau mungkin bertanya, mengapa berserakan di beranda? Karena cinta itu telah kau usir paksa bahkan meski si Empunya masih menginginkan tinggal di sana. Hingga yang tersisa hanya kepingan kenangan yang sejatinya masih kau ratapi dalam sepi.
Sepi, begitulah keadaan hatimu saat ini, bagai ruang hampa kedap suara diraungi jeritan kesakitan yang kau tutupi dengan pintu bergembok senyuman palsu. Miris sekali. Kau mencintai tapi gengsi.