Sudah kuduga, rasa yang tumbuh dengan cepat mungkin akan mati secara tidak lambat. Begitulah yang kuyakini, akibat berbanding lurus dengan sebab. Namun, yang tak kumengerti mengapa karenamu hati ini sedemikian mudah jatuh lalu berlabuh.
Dalam waktu singkat kau berhasil memblokade seluruh daerah kekuasaannya-- hati. Padahal kau sudah tahu betul prihal kepemilikannya. Entahlah, mengapa kau begitu mahir mengalihkan seluruh isi kepalaku. Dan melambungkan harapku.
Kau tawarkan kasih dan curahkan simpati dengan frequensi tak berjeda seperti itu, padahal sebelumnya sama sekali tak saling mengenal. Di sini entah kau yang terlalu banyak caper atau aku yang kepalang baper.