Adalah rindu yang menuntut temu, kala hati terjamah pilu. Berisik terus saja mengusik batin yang sebegitu tak relanya 'tuk meminta bersua. Naif, rasa memang terkadang membutakan. Tapi logika masih bisa digunakan, bukan?
Jika raga ibarat kuda besi maka hati seperupa dengan gas pemacu laju, maka logika layaknya rem pengendali untuk menghentikan. Jangan sampai rayuan rindu semu membuahkan penyesalan tak berkesudahan.
Memang, bisikkan menyesatkan bertopeng kerinduan itu tak ayal menggiurkan. Namun, bagaimanalah bisa mengingkari janji demi imaji yang bahkan masih setengah kau sadari. Segala goda selalu menerpa seluruh dosa perlahan terrenda.
Hai rindu, segeralah berlalu. Ini tak wajar, bahkan mungkin kurang ajar. Keras sekali, tapi begitulah kenyataanya. Merindui yang tak sepantasnya dirindukan, merasai yang tak sepatutnya dirasakan. Rasa memang datang tanpa diundang, tapi sebagai tuan rumah imaji bernama hati kita bisa mempersilakannya pergi dengan sopan.
Karang Bala
17 Mei 2019