Adalah hati yang tak bisa dibohongi, ialah raga yang tak kuasa berbuat apa-apa. Entahlah. Aku pun tak mampu mendefinisikan atas apa yang terrasakan. Aku takut tak benar mengeja, keliru merangkaikan, dan salah menerjemahkan bahasa tubuhmu yang seringkali mengecoh pikiran.
Aku pun tak tahu bagaima pengekspresian yang tepat untuk seluruh isi hatiku ini. Aneh memang. Dari sekian banyaknya kawan, mengapa terhadapmu aku merasakan demikian? Lagi-lagi aku gagal memahami terpaan badai perasaan.
Dan entah mengapa lagi, adamu menentramkan, pergimu merisaukan, hadirmu terrindukan. Ini ganjil, bukan? Selayaknya pagi tanpa mentari; aku bermuram karam ketika kabarmu tenggelam di antara riuh yang seharusnya membuatku tak acuh. Seperti senja tanpa jingga; langitku tak elok ditangkap netra, hingga gelap malam tanpa rembulan maupun bintang membuatku segan untuk terpejam.