Berhentilah memandangku dengan tatapan menghinakan seperti itu, seakan-akan aku ini seburuk-buruknya sang pendosa. Hanya karena prasangka-prasangka picik kalian yang menghakimi hanya dari satu sudut pandang tersebab suatu kabar yang belum tentu kebenarannya.
Sungguh hatiku merasa geli karena hal itu, ini konyol, sangat-sangat konyol. Mereka menduga-duga ada tumbuhnya rasa di dada. Kemudian diperbesar di perjalanan hingga kabar burung itu beterbangan. Dramatis direka-reka sedemikian rupa oleh mulut-mulut manis berlidah sinis, serta berwajah ramah di muka, tapi berperupa bengis di balik punggung saya.
Siapa yang salah untuk sebuah kedekatan dalam pertemanan? Bukannya hal yang wajar ketika saling membantu dalam memberi dukungan moral? Ya, kuakui bersamanya memang begitu tentram dan membuatku merasa aman. Tepatnya seakan memiliki perlindungan dari seorang kakak. Tak lebih dan tak kurang aku menemukan sosok kakak yang tauladan dari dirìnya.