Kau bersinar terang laksana bintang, sedang aku layaknya kunang-kunang. Yang redup selepas lelah terbang, pun lenyap setelah siang riuh dilahap malam.
Cahaya surya berpendar di ufuk timur, selepas fajar berganti subuh. Sujudku merendahkan tubuh, seiring keras tekad yang meluluh. Aku berusaha meredam riuh jantung yang meraung, menekan gejolak dada yang mendesak. Seiring kokok ayam jantan dari kejauhan, aku menepi untuk menyepi.
Selamat datang kamis pagi, semoga diri mampu terkendali. Supaya terbebas dari duka yang membekas, demi merawat hati usai jatuh sebab terlalu tinggi bermimpi. Hingga sadar diri yang berlebih menghindarkanku dari luka yang lebih perih. Biarlah kutertawakan diri sendiri, sebelum cercaan menghampiri.
Selamat jalan angan, selamat tinggal kenyamanan. Aku berhenti di ujung penantian, aku mundur teratur seusai merawat asa berlebihan. Dulu, aku yang memupuk benihnya, maka sekarang pun akulah yang harus menebas batangnya. Sebelum terlanjur tumbuh membesar, sebelum tunas-tunas harapan lain bermunculan.
Karang Bala
Delhi van Java, 1 Oktober 2020