Kaki terayun perlahan menuju tempat penantian. Terduduk di atas sengkedan pinggiran tangga itu. Netraku tak henti memperhatikan keadaan. Senyum maklum pun gestur wajar diperlihatkan. Sayangnya aku tak mampu mungkir dari ketelitian lensa matanya. Sedangkan aku lagi-lagi teralihkan perhatian.
Adalah jejak buah berduri yang entah sengaja atau tidak, entah mengapa pula sebabnya. Mengakibatkan berjubel tanya di kepala sebab jatuh tepat di kaki. Refleks arah netra menuju muasal biji itu. Tak ada siapapun juga apapun, tetapi aku yakin ada si empunya.
Apakah pembawa berita kecaman, ancaman, atau peringatan. Entahlah, yang pasti waktu itu serba kabur. Yang kutahu hanya niatku di sana yang enggan dikubur. Pikir dipikir panjang aku menghabiskan banyak waktu. Diputuskan saja usai seraya mengedikkan bahu sekilas pandang. Ah, rupanya aku over respons terhadap apa yang dilakukannya.