Harta, Tahta dan Wanita Suamiku

Sakura Raita
Chapter #1

Kecurigaan Demi Kecurigaan

Memang benar adanya, feeling seorang istri itu sangat kuat. Sudah dua bulan aku merasakan sesuatu yang tidak beres dengan Bang Alle, dia terasa aneh dan mencurigakan. Makin hari makin menggumpal kecurigaanku padanya, suami yang telah 10 tahun menikahiku.

Aku mungkin orang yang sangat ulung dalam menutupi perasaan hingga dia tak merasa sama sekali akan kecurigaanku. Atau karena hati dan pikirannya memang tidak tertuju padaku? Sebisanya aku berusaha terlihat biasa saja, meskipun di balik dadaku ada gemuruh yang tak henti mengusik.

Suamiku yang sangat hobi mengoleksi niat untuk berolahraga tiba-tiba begitu rajin olahraga. Padahal dulu, dia sudah membeli sepeda, lengkap dengan pakaian dan tetek bengeknya, namun tak sekali pun kulihat dia mengayuh sepeda itu. Kini tiap akhir pekan dia selalu berolahraga, tak tanggung-tanggung, dia menyengaja betul pergi ke GOR yang jaraknya cukup jauh dari rumah.

Suamiku yang biasanya tak peduli dengan kesehatan makanannya, tiba-tiba begitu peduli dengan pola makan sehat. Padahal dulu kularang jajan di abang-abang keliling saja susahnya minta ampun. Sekarang dia selalu meminta disiapkan infus water, camilan gandum, buah dan vitamin.

"Aku harus jaga kesehatan, anak-anak masih kecil, mereka butuh biaya banyak ke depannya." Begitu dia memberi alasan.

Suamiku yang biasanya cuma pakai deodoran dan parfum murah, tiba-tiba kini senang memakai skincare. Yang membuatku takjub, harga skincare miliknya jauh mengalahkan harga skincare milikku. Wow! Aku berani bersumpah, sebelumnya dia bahkan tak tahu satu merek skincare pun. Kini dia memakai skincare mahal yang biasa digunakan kalangan tertentu. Parfumnya juga beda, aku tahu itu parfum mahal.

"Aku pake skincare ini karena flek-flek di wajahku makin banyak, sementara aku kan sering bertemu orang penting, jaga penampilan dikitlah," ujarnya saat aku menanyakan soal skincare itu.

"Oya, parfumku enak nggak aromanya? Cewek kan biasanya tau aroma cowok yang norak dan yang elegan," sambungnya sambil menunjukkan botol parfum mungil di tangannya.

"Hm, lumayanlah," jawabku mengambang. Sungguh otakku sulit sekali mengusir rasa curiga ini.

Sebulan berlalu dalam keanehan itu, aku masih belum menemukan bukti apa pun. Bang Alle semakin terlihat sibuk di luar dan aku sibuk di rumah mengurus dua anak yang masih usia SD sambil terus melawan kecurigaanku. Seharusnya sebagai ASN di salah satu kantor kementerian, sore dia sudah bisa pulang ke rumah seperti dulu. Tapi kini tidak. Dia sering ada kegiatan lain.

Dia memang tak perlu pulang ke rumah untuk berganti seragam kerja, sebab di mobilnya dia selalu membawa baju ganti. Aku hanya mencoba memaklumi di antara deru curiga. Yang membuatku sulit menuduh adalah sikapnya yang tetap seperti biasa padaku. Dia masih suka membelikan jajanan jika pulang ke rumah, masih suka mengajak anak-anak main ke mal.

Satu lagi yang membuatku merasa aneh, belakangan dia suka menerima telepon di luar rumah. Dia bicara di teras seolah tak ingin aku mendengar. Tapi dia memang pandai, sebelum keluar dia berpesan, "Atasanku nelpon, bilangin anak-anak jangan berisik!"

Dia akan melangkah buru-buru ke teras dan menjawab panggilan teleponnya dengan suara pelan. Meskipun kecurigaanku semakin menumpuk namun aku hanya diam, mencoba menenangkan pikiranku. Kejadian seperti itu terjadi beberapa kali. Tak hanya itu, ponselnya kini memiliki password rahasia. Dulu aku selalu tahu password-nya sebab selalu sama dari tahun ke tahun. Tapi kini dia membuat password baru dan selalu mencari alasan jika aku menanyakannya.

"Kamu kan punya ponsel sendiri, ngapain pakai ponsel aku? Ntar kamu baca lagi grup temen-temenku, trus kesel sama becandaan kita," katanya menolak.

Lihat selengkapnya