Kulihat satu-persatu Curriculum Vitae yang masuk ke email-ku. Aku menyortir pelamar yang akan hadir siang nanti, sepertinya aku akan menginterview tiga orang hari ini. Yang aku butuhkan segera adalah Bussines Developer, Designer dan Senior Programmer. Kulihat dari CV yang mereka kirim tampak sangat menjanjikan. Pengalaman mereka lumayan bisa membuatku terkesan. Semoga saja kemampuan mereka sepadan dengan gaji yang aku tawarkan.
“ Mas Ray, pelamar nya udah datang semua nih. Ini daftar hadir mereka pak. Mau saya panggil siapa dulu ?”, tanya Fitri bagian resepsionis menghampiri meja kerjaku sambil memberikan daftar hadir.
“ Boleh deh panggil Dimas si Programmer dulu. Habis itu Angga si Desainer ya “, perintahku pada resepsionis muda itu. Fitri langsung mengiyakan dan berjalan menuju meja kerjanya.
Lalu masuklah Dimas, lelaki yang terlihat berusia 25 tahun, bertubuh tinggi dan berkacamata. Dari gaya bicaranya dia bukan tipikal orang yang sedikit bicara tapi banyak kerja. Pengalaman bekerja dan project yang ia kerjakan cukup lumayan. Kurasa ia orang yang tepat untuk menjadi programmer untuk aplikasi yang akan kubuat. Ekspektasi gajinya pun masih dibawah dari yang kutawarkan. Senyumku mengembang dan intuisiku berkata inilah orang yang tepat.
Pelamar kedua adalah Angga. Lelaki berusia 20 tahun, berperawakan kurus, gayanya cukup nyentrik. Rambutnya dicat berwarna abu-abu tua keperakan dengan tato di pergelangan tangannya. Aku sampai terperangah melihat kedatangannya. Meskipun eksentrik, Angga adalah anak yang sopan dan ramah. Penampilannya sama sekali tidak menggangguku. Di industri kreatif ini perlu anak muda yang bebas berkreatifitas tanpa penghakiman dari sebuah penampilan. Pengalaman bekerja Angga juga cukup meyakinkan, beberapa sample desain yang ia kirim sangat sesuai dengan seleraku. Gaji yang ia minta agak sedikit lebih besar dari penawaranku, tapi aku masih mempertimbangkan apakah aku akan menerima atau tidak.
Pelamar terakhir adalah seorang yang kucari untuk Bussiner Developer. Dari sekian pelamar hanya dia seorang wanita yang mengajukan diri. Aku sudah terlalu banyak menerima karyawan laki-laki, sepertinya aku butuh seorang wanita untuk posisi strategis seperti ini.
Masuklah seoorang wanita berambut pendek sebahu, berkulit putih mulus dengan make up natural. Badannya langsing tak menandakan seorang wanita yang berusia 39 tahun. Dia Nampak fashionable dengan dress berwarna abu-abu sambil menenteng tas bernada serupa. Kucium semerbak wangi parfum dengan aroma citrus yang segar dari tubuhnya saat ia menghampiri mejaku.