Harta Tahta Renata

Ratih widiastuty
Chapter #4

Kantor Baru (Cerita Rayendra)

10.00 WIB - Hall De Klaver Bandung

“ Selamat Mas Ray, semoga RENTZ menjadi aplikasi yang berguna bagi kaum urban khususnya di kota Bandung “ ucapan selamat dari staf Pak Hardian dan beberapa kolega sambil menyalamiku. Satu persatu jajaran direktur dan staf saling menyalami kami di sebuah Hotel milik Pak Hardian. Kini adalah acara ramah tamah sekaligus perkenalan dengan seluruh petinggi di Hardja Sukses Group.

“ Mudah-mudahan aplikasinya cukup membantu kami untuk memasarkan properti kami, mengingat pertumbuhan properti saat ini sedang moncer pak “, sahut Pak Ronald yang merupakan dirut sebuah hotel kenamaan di Bandung. Beliau merupakan kolega dari Pak Hardian yang bisnisnya berinvestasi di sejumlah hotel di Bandung.

“ Amin Pak Ronald, visi saya RENTZ ini bisa menjadi jembatan antara penyewa dan pengguna secara langsung tanpa ada calo. Properti yang disewakan juga beragam, mulai dari hotel, vila, kantor, resto, gedung pertemuan, hingga unit apartemen untuk menginap. Jadi pengusaha di Bandung saat ini memasarkan dengan mudah dan cepat  pak“ sahutku optimis di depan para petinggi ini.

Ada sebagian dirut yang serius memperhatikan penjelasanku, ada sebagian yang hilir mudik mengambil minum dan kudapan yang tersaji di meja prasmanan, dan sebagian lagi sibuk dengan ponsel masing-masing. Aku tak habis pikir dengan orang-orang ini, mereka ini jajaran direktur tapi ada yang bertingkah bak anak magang saja. Aku berusaha mengacuhkan orang-orang yang tidak antusias dengan penjelasanku tadi.

Kulihat Pak Hardian memperhatikanku sambil melempar senyum optimis. Sesekali ia menarik koleganya untuk memperkenalkannya padaku. dia sangat bangga dengan produk yang aku buat ini, dia optimis bahwa aplikasi yang aku buat bisa mendongkrak usaha properti miliknya.

“ Saya sangat yakin dengan adanya RENTZ pemasaran properti kita akan naik 200%. Ray ini punya target bisa tembus 100 downloader dalam sehari. Bukan begitu kan Ray”, pertanyaan Pak Hardian yang sedikit membuatku gelisah.

Namun aku harus mengiyakan pertanyaan Pak Hardian. Keraguan akan aplikasi yang aku buat akan menjatuhkan karirku. Aku harus optimis dan tidak ada salah kali ini. Aku sudah berjalan sejauh ini, bisa mendapatkan investor tunggal merupakan prestasi di dunia startup. Kesempatan yang kuraih tak boleh disia-siakan. Pak Hardian ini sangat manut akan semua ideku. Beliau orang yang konservatif, memula bisnis digital ini merupakan hal yang baru baginya. Aku heran dengan semua staf dan direktur di grup ini sangat segan pada Pak Hardian. Mulai dari Pak Hardian memasuki ruangan, memimpin rapat, hingga bercengkrama saja semua staf sangat sungkan padanya. Banyak direktur-direktur tipikal “yes man” yang berusaha menjilat pak bos agar kedudukannya aman. Semua yang dikemukakan Pak Hardian mereka ikuti mentah-mentah. Namun tidak bagiku, perusahaan yang akan aku bangun ini adalah suatu produk baru baginya. Justru beliau yang banyak bertanya padaku dan tak banyak menentang semua konsep yang kubuat. Hal inilah yang membuat dirut dari grup lain terlihat kurang menyukaiku karena aku adalah orang baru yang dengan sekejap bisa menjadi orang kepercayaan Pak Hardian.

Lihat selengkapnya