02.00 WIB - Rumah Rania
Aku terbangun dari tidurku karena ingin berkemih. Usia kandungan 7 bulan ini membuat diriku harus bolak-balik ke kamar mandi setiap satu jam sekali. Sambil beranjak dari tempat tidurku, aku mengecek ponsel yang tergeletak di kasur, tidak ada pesan ataupun missed call dari suamiku. Kuletakkan lagi ponselnya dan segera berjalan ke kamar mandi.
Setelah keluar dari kamar mandi, aku duduk di pinggir kasur dan segera menghubungi Ray. Ponselnya aktif tapi tidak diangkat. Kumatikan kembali lalu kucoba sekali lagi. Rasa khawatir menyelimutiku, Ray belum juga tiba dari Bandung sampai jam segini. Dia pamit berangkat ke Bandung 5 hari yang lalu. Janjinya hanya 3 hari, lalu bilang diperpanjang lagi karena harus mengurus kantor dan sibuk menyelesaikan aplikasi agar bisa launching dengan segera.
Tut Tut Tut Tut Tut Tut
“ Halo “, suara di seberang sana menjawab panggilanku.
“ Pap, udah sampai mana?, kamu kena macet ga Pap?”, tanyaku dengan nada gelisah sembari menahan kantuk.
“ Iya tadi macet di Cikarang Mam, sekarang aja masih di tol Bekasi merayap nih “ jawabnya dengan suara berat. Kurasakan rasa lelah dari suaranya, kekhawatiranku semakin bertambah.
“ Kamu udah makan belum?, kamu ngantuk ga? Kalo ngantuk minggir aja ke rest area. Mau aku temenin ngobrol Pap? “. Aku memberondong Ray dengan sejumlah pertanyaan. Kurasa Ray bingung harus menjawab yang mana saking lelahnya.
“ Gak apa-apa. Tadi aku habis tidur sejam di rest area kok, barusan aku beli roti di supermarket. Kamu tidur aja, gak usah tunggu aku “, jawab Ray singkat mencoba menenangkan diriku. Rasa khawatirku bukannya berkurang , namun semakin bertambah. Suara Ray sangat berat, menandakan kelelahan yang teramat sangat.
Setiap pulang dari Bandung Ray selatu tiba di rumah dini hari. Dia berangkat dari Bandung selepas magrib, lalu pulang menyusuri kemacetan di tol Cipularang. Saat ini sedang ada proyek pembangunan tol layang dan LRT, oleh karena itu macet di Cikarang hingga Bekasi sudah tak terelakkan lagi.
Aku sudah tidak pernah ikut Ray ke Bandung, padahal Bandung adalah kota kelahiranku. Aku bertemu dengan Ray tahun 2009 di Cihampelas saat aku bekerja di suatu travel agent. Dia salah salah satu pelanggan setia travel kami. Karena kami sering berjumpa, Ray mencoba mencari nomorku dan akhirnya kami saling mengenal lebih jauh.
Rayendra lelaki yang manis dan simpatik. Caranya mendekatiku tak berlebihan, ia sangat sopan dan ramah. Kami sering bertukar cerita, saling melempar canda dan bercengkerama via telepon saja. Ray tinggal di Bogor bersama ibu dan ketiga saudaranya. Ray adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ray sering bercerita ia memiliki seorang kakak dan dua orang adik. Kakaknya bernama Kak Anggi, sudah menikah dan memiliki seorang putra berusia 2 tahun. Mereka masih tinggal bersama. Ray sering cerita tentang ponakannya yang lucu, Aldo namanya. Lalu Ray memiliki adik perempuan bernama Triana yang kerap dipanggil Nana, dan adik paling bungsu adalah Raditya. Saat itu Nana masih duduk di bangku kuliah dan Raditya masih bersekolah kelas 3 SMA. Ray sering menceritakan keluarganya yang ramai dan heboh. Aku sering tertawa mendengar cerita tentang saudara atau keponakannya, kehangatan sebuah keluarga yang tidak pernah aku rasakan selama ini.