12.00 WIB – Bogor
Hatiku masih berbunga-bunga saat pertemuan dengan Om Yan Sabtu pagi. Semua proses tanda tangan kontrak kami berjalan mulus sesuai rencana. Aku bisa meluangkan waktu dengan anakku setalah sekian lama kami tak berjalan berdua. Untungnya Daffa adalah anak yang pengertian, ia tak pernah merajuk saat aku tak punya waktu untuknya.
“Ma, aku setuju kok Mama sama Om Ray”, sahutnya saat kami sedang menyusuri Kota Bogor. Aku melirik ke arahnya, ingin memastikan ucapan itu tulus dari lubuk hatinya.
“Kamu sayang ga sama Om Ray? “, tanyaku.
“Om Ray itu orang yang baik, keliatan dari caranya memandang, dia cinta mati sama Mama “, ujar anakku.
“Mudah-mudahan deh Fa, semoga Ray bisa bikin masa depan kita jadi lebih baik “, jawabku penuh harap.
“Om Ivan apa kabar Ma? “, tanyanya tiba-tiba.
“Mama gak tau lah, udah bukan urusan Mama lagi “, jawabku tak peduli.
Aku rindu percakapan seperti ini, Daffa sudah beranjak dewasa, kami sudah dekat layaknya sahabat. Saat Daffa sudah merasa nyaman dengan Ray, disitulah aku menetapkan pilihanku padanya. Anak ini butuh figur seorang ayah, yang bertanggung jawab dan menyayangi anakku setulus hatinya.
Tak lama kemudian ponselku bergetar, sebaris pesan masuk dari Ray memintaku untuk menjemputnya kembali. Aku segera memutar balik kembali ke café dimana Ray dan Om Yan berada.
14.30 – Rumah Ibunda Ray
“Nah sampe deh di rumah Mama, kayanya lagi ada Mas Doni tuh, ada mobilnya parkir depan rumah “, seru Ray yang dengan perlahan memarkirkan mobilnya tepat di belakang sebuah MPV silver.
“Kalian pasti cocok deh ngobrol sama Mas Doni, dia orangnya bocor abis”, serunya sambil bersiap-siap turun dari mobil.
Aku turun dari mobil sambil mengamati rumah keluarga Ray. Sebuah rumah yang berada dalam cluster kecil namun sangat asri. Terdapat banyak pepohonan rindang dan aneka pot bunga yang tertata rapi. Mungkin Ibunya nya Ray senang berkebun, pikirku.
“Assalamualaikum, Mas lo lagi di sini? Mana Aldo ponakan gue?”, sapa Ray hangat pada sosok pria yang disapa Mas Doni.
“Waalaikumsalam Ray? Dateng sama siapa? “, jawabnya setengah terkejut sambil melemparkan pandangan kaget ke arah aku dan Daffa.
“Kenalin dong, Ini Renata dan Daffa. Calon gue Mas “, jawab Ray dengan bangga.
“Halo Mas, saya Renata, ini Daffa anak saya “, sapaku sambil mengulurkan tangan.
“Doni, saya abang ipar Ray “, jawabnya pendek.
“Masuk deh, ada Mama sama Nana lagi masak di dapur “, seru Mas Doni sambil mempersilakan kami untuk masuk ke dalam.