13.00 WIB - Kantor Ivan
“Pak Ivan, ada tamu nunggu di bawah “, panggil Dian dalam sebuah sambungan intercom di ruanganku.
“Siapa? Ada perlu apa? Saya mau lunch dulu sama Mas Whisnu “. Tanyaku sambil menatap jam tangan di pergelangan tanganku.
“Gak tau Pak, katanya sih penting “, Jawab Dian.
“Suruh bikin appointment sama Anggi, klien harus isi daftar waiting list “, ujarku sambil bersiap-siap merapikan mejaku.
“Ok Pak, saya bilang dulu sama tamunya “, tutup Dian.
Kututup laptop dan kuambil ponselku untuk segera pergi makan siang dengan atasanku. Baru saja aku hendak membuka pintu ruangan kerjaku, tiba-tiba intercom kembali berbunyi.
“Halo Dian, aku udah ditunggu Mas Whisnu nih. Suruh tamunya temuin Anggi deh “.
“Pak Ivan dia bukan klien, katanya mau ngobrol sama Bapak soal Renata “, jawab Dian sambil kebingungan.
Jantungku terkesiap mendengar nama perempuan tersebut. Siapakah yang datang ke kantorku sambil membawa-bawa nama Renata?
“Ok, bilang sama dia saya turun sekarang. Tolong tunggu di lobby “.
“Baik Pak “.
Dengan langkah tergesa-gesa aku segera berjalan menuju lift sambil mengirimkan pesan pada atasanku bahwa aku batal menemaninya makan siang. Orang ini pastinya memiliki informasi penting sampai rela mendatangiku di kantor. Akhirnya aku sampai di lobby dan langsung saja kudatangi meja resepsionis tempat dimana Dian menerima tamu.
“Pak Ivan, itu tamunya yang duduk di sofa “, tunjuk Dian pada seorang lelaki tambun yang memakai topi fedora.
“Oke, thanks ya “, jawabku.
“Permisi, Saya Ivan. Ada perlu apa ya?”, sapaku pada lelaki dengan topi fedora hitam yang melekat di kepalanya. Rasanya aku familiar dengan wajah ini, tapi kenal dimana ya, batinku.
“Halo Van, masing inget gue ga?”, tanyanya sambil berdiri mengulurkan tangannya.
“Benny. Kita pernah ketemu di PVJ bareng Renata waktu itu. cuma waktu itu udah malem, mungkin lo lupa “, ujarnya lagi.
“Oh ya ya, gue inget. Waktu itu gue mau cari makan sama Rena. Ada perlu apa Ben “, tanyaku sambil mempersilakan dia untuk duduk. Lelaki dengan gaya eksentrik itu melepas topinya, warna rambut pirang Benny cukup menyita perhatian.
“Lo masih sama Renata?”, tanya Benny.
“Gue udah gak ada urusan sama dia lagi, semenjak dia selingkuh dari gue “.