11.30 WIB
Kuinjak pedal gas mobilku di jalan tol JORR menuju arah Bintaro setelah semalam sepakat untuk bertemu dengan Dion di area tersebut. Semangatku semakin menggebu-gebu setelah mendapatkan informasi yang aku terima mengenai Ray dan Renata. Profil tentang perempuan itu sudah aku kantongi, tinggal menunggu keputusan Dion untuk mengeluarkan Renata dari proyek Om Yan.
Ibuku adalah teman SMA dari Hardian, aku teringat saat pertemuan pertama antara Renata dan Ibuku di PVJ tempo hari. Aku baru tersadar bahwa mereka saling mengenal, itulah sebabnya aku meminta tolong ibuku untuk mencari tahu profil Renata melalui bos nya. Ternyata jawaban Hardian sama persis dengan jawaban Benny, Renata adalah wanita simpanan yang sudah bertahun-tahun menjajakan diri. Namun beberapa tahun kebelakang ia sudah mencoba melepaskan diri dari cengkraman Benny, analisaku dia sudah lelah dengan dunia kelam yang ia jalani. Ia ingin mencoba hidup normal seperti wanita pada umumnya. Kegagalan dalam berumah tangga dan rasa tanggung jawab pada anaknya membuat dia ingin berubah.
Jalanan tol Bintaro masih lenggang, belum begitu banyak kendaraan yang memadati ruas jalan tol. Kulihat layar GPS yang menunjukkan kira-kira setengah jam lagi aku sampai di meeting point bersama Dion dan Nadine.
PING
Dion
“Nanti ketemu di area ice skating ya, gue lagi nemenin Sean les dulu “
Sebuah pesan singkat dari Dion muncul di notifikasi ponselku. Tak perlu kubalas pesannya, kutancap gas lebih dalam agar bisa lebih cepat sampai di sana.
Bersekutu (Cerita Ivan)
12.15 WIB – Bintaro Xchange
“Bro, gue udah di depan arena ice skating. Lo di mana?”, tanyaku pada sambungan telepon dengan Dion.
“Gue ada di samping ATM centre, lo kesini aja “, jawabnya.
Tak sulit untuk menemukan ATM centre yag dimaksud Dion, kulangkahkan kakiku sambil menyapu pandangan mencari Dion. Lalu tampak sesosok pria pelontos sambil berdiri memandangi Sean yang berada di dalam rink, sementara di sebelahnya ada Nadine yang sedang menggendong bayi perempuan.
“Bro, udah lama di sini?”, sapaku.
“Dari jam 10 lah kurang lebih. Sean mau ikut kompetisi hockey, dia lagi latihan intensif akhir-akhir ini”.
“Apa kabar Nad, ini anak lo? Kok gue gak tau ya kalian punya anak lagi?”, tanyaku keheranan melihat Nadine menggendong bayi perempuan.
“Baik Van. Bukan anak gue, ini anaknya….”,
Dion terlihat menyikut Nadine dengan pelan, sehingga Nadine tak melanjutkan ucapannya.
“Ini anaknya Rania “, jawab Dion.
“Rania? Gue kaya pernah denger namanya?”.
“Udah yok cari meja di food court. Jangan jauh-jauh tar anak gue nyariin “, jawab Dion sambil berlalu mengindahkan pertanyaanku.
“Duduk di lantai atas aja, gue mau kabarin Rania dulu“ sahut Nadine sambil berjalan mendahului kami sambil mengetik di layar ponselnya.
Lalu kami bertiga duduk di lantai atas dimana kami bisa langsung melongok memperhatikan Sean yang sedang meluncur di dalam rink. Baru kali ini aku melihat Dion sangat antusias menemani Sean, biasanya dia sibuk dengan pekerjaannya.