Harta Tahta Renata

Ratih widiastuty
Chapter #43

Persidangan (Cerita Rania)

07.00 WIB – Pengadilan Agama Tigaraksa

Sofa kulit di sebuah ruang tunggu Pengadilan Agama Tigaraksa ini adalah spot favoritku untuk menunggu panggilan sidang. Di tanganku sudah kugenggam nomor antrian sidang, kebetulan aku mendapat nomor pertama. Pagi ini masih sangat sepi, hanya terlihat cleaning service yang lalu lalang mengepel lantai dan seorang sekuriti yang menjaga mesin cetak antrian.

Tak lama datang seorang wanita berhijab panjang yang menggenggam nomor antrian, wajahnya nampak kebingungan, matanya sibuk menyisir seluruh penjuru ruangan.

“Permisi Mbak, dapet antrian berapa?”, tanyanya sambil melirik kearahku.

“Antrian pertama Mbak, Mbak ke berapa ?’, tanyaku balik.

 Saya dapet ke delapan Mbak. Ini pertama kalinya saya dateng ke pengadilan. Setelah dapet nomor saya mesti kemana ya?”.

“Sidang keberapa Mbak?”.

“Ini panggilan pertama saya, tapi suami saya gak mau dateng katanya “.

“Yang gugat siapa Mbak? Kalau panggilan pertama sih agendanya mediasi sama kaya saya”, jawabku.

“Saya yang gugat mbak. Suami saya gak mau gugat ke pengadilan, katanya gak punya uang buat bayar nafkah iddah & mut’ah “, ujarnya lesu.

“Maaf Mbak, boleh tau kenapa masalahnya”, tanyaku penasaran.

“Suami ga pernah nafkahin saya mbak, kerjanya di luar kota gak pernah pulang berbulan-bulan. Selama itu saya cuma dikirim uang 50 ribu untuk kebutuhan sebulan”, jawabnya.

“Loh, emang cukup mbak? Anaknya berapa?”, tanyaku keheranan.

“Nombok lah mbak, saya guru playgroup gajinya gak seberapa. Anak saya 1 orang masih kecil”, jawabnya.

“Sabar ya Mbak, mudah-mudahan cepet selesei prosesnya”.

“Aamiin. Mbak siapa yang gugat?”, tanyanya balik.

“Suami saya, dia sih gak dateng diwakilin lawyernya “, jawabku.

“Kalau boleh tau kenapa Mbak?”, tanyanya sambil menggeser posisi duduk.

“Ya mungkin rumput tetangga lebih hijau Mbak, rumput di ladang sendiri udah mati dibiarin mengering “, jawabku sambil melempar senyum penuh arti.

“Sabar ya Mbak, tunggu aja rumput yang mati sebentar lagi menghijau tuh. Lebih hijau dari yang sebelah hahaha “, jawabnya sambil terbahak.

“Kita kok jadi bahas rumput ya, oh iya kenalin saya Rania “, sahutku sambil mengulurkan tangan.

Lihat selengkapnya