Harta Tahta Renata

Ratih widiastuty
Chapter #44

Nomor Tanpa Nama (Cerita Hardian)

10.00 WIB – Kantor Pusat Hardja Sukses Group

“Nanda, kalau ada Ray nanti suruh langsung temui saya di ruangan ya “, ujarku melalui sambungan intercom pada asistenku.

“Baik Pak. Bapak ada meeting ya sama Pak Ray?”, tanyanya balik.

“Bukan meeting sih, pokoknya temuin saya aja lah “.

“Pak Ray udah dateng sih, lagi ngobrol sama Bu Atik tuh Pak “.

“Ya panggil atuh*, suruh langsung ke ruangan”.

“Baik Pak, nanti saya kasih tau Pak Ray”.

“Bukan nanti Nandaaa, sekarang juga kamu suruh dia masuk !!!”.

Aku menutup intercomku dengan kesal, asisten baru yang satu itu sebenarnya pintar tapi tingkahnya seringkali ajaib. Asisten lamaku baru saja resign gara-gara tak kuat dengan segala konflik di kantor ini, banyaknya rumor yang beredar hingga sengitnya kompetisi membuat ia tak betah lagi untuk bekerja lebih lama denganku.

Tok tok tok

“Siang Pak Hardian, Bapak manggil saya ya “, sapa Ray dari balik pintu.

“Iya Ray, ayo masuk. Kamu sendirian kemari?”,

“Iya Pak, saya mau ketemu bagian keuangan “, jawabnya.

“Ray, kamu tuh ada apa sih? Akhir-akhir ini performa kamu turun drastis?”, tanyaku sambil memandangi pria yang akhir-akhir ini raut wajahnya semakin kusut.

“Gak ada apa-apa pak, cuma cape aja kejar target “.

“Ada masalah keluarga gak? Kamu jarang ijin ke Jakarta lagi sekarang Ray?”.

“Saya sudah putuskan tinggal disini Pak. Saya sudah bercerai sama istri saya “.

Aku terkejut mendengar jawabannya, rasanya tak percaya dengan apa yang kudengar barusan.

“Cerai? Gara-gara apa Ray? Bukannya kamu baru punya anak lagi?”, tanyaku.

“Saya gak mau membohongi perasaan saya Pak, saya gak kuat sama Rania “, jawabnya.

“Ya suami memang harus kuat-kuatan ngadepin istri Ray, mereka juga kurang sabar apa ngadepin kita “.

“Rania gak bisa kasih apa yang saya butuhkan Pak, kami tidak cocok dalam berbagai hal”.

“Trus Renata cocok gitu buat kamu?”.

Ray terhenyak mendengar pertanyaanku, wajahnya langsung tertunduk. Ia diam tak mengucapkan sepatah katapun.

“Ray, saya kan sudah bilang sama kamu dari dulu. Kalau mau iseng sama Renata gak usah pake hati lah, saya juga gitu kok ke dia. Kita kan sama-sama tau Renata seperti apa, kamu malah yang ngomporin saya bawa Rena setiap kick off meeting. Taunya malah kamu sendiri yang main api”.

“Ya saya juga ga nyangka kalau ternyata kami banyak kesamaan, dia orang yang bisa kasih saya kenyamanan “.

Lihat selengkapnya