12.30 WIB – Ruas Jalan Tol Bintaro
“Nah gini dong sekali-kali gue disupirin, tiap minggu kek lo jemput kita ke Bintaro “, ujar Dion sambil merebahkan kursi navigator di sebelahku.
“Tumbenan Ivan nawarin jemput, biasanya juga lo dateng telat Van “, ujar Nadine yang duduk bersama Sean di belakang.
“Lagi good mood berarti, kalo Ivan happy semua orang di service sama dia”, gurau Dion menggodaku.
“Iya mukanya sumringah banget kayaknya, ga ngegas kaya biasa. Kalau lagi happy traktir Sean dong”, timpal Nadine tak mau kalah.
“Sean kamu mau apa? Nanti Om traktir ya”, tanyaku pada Sean yang sedari tadi sibuk dengan gadget-nya.
“Mau Lego dong Om Ivan, Daddy ga mau beliin aku Lego nih sekarang”, jawab Sean.
“Oke deh tar Om Ivan beliin, yang kecil aja tapi ya. Kalau yang besar minta uangnya sama Daddy”.
Mereka bertiga langsung bersorak kegirangan mendengar jawabanku. Hari ini aku memang sedang bersemangat untuk berkumpul di Bintaro setiap hari Sabtu. Ada yang ingin kusampaikan pada mereka, khususnya pada Rania. Aku tak tahu ini kabar buruk atau baik baginya, tapi yang jelas informasi ini akan berguna untuk persidangan nanti.
“Van, lo punya cerita apa sih? Kemarin lo bilang punya informasi penting?”, tanya Dion.
“Kemarin gue sama nyokap ke kantor Hardian, ternyata si Ray udah nikah siri sama Renata”, jawabku.
“Nah, sama persis sama feeling gue. Waktu si Ray ke kantor, dia udah pake cincin kawin di jarinya. Waktu nikah sama Rania aja dia ga pake cincin sekalipun”, timpalnya.
“Hah? Gila si Ray, kapan dia nikah siri? Sidang baru mulai udah nikah lagi? Ngebet apa gimana tuh ceritanya?”, serobot Nadine dengan emosi.
“Gue juga gak paham kenapa harus nikah siri, buat sekelas Renata sih ga perlu legalitas agama cuma buat tidur sama cowo. She doesn’t care at all”, jawabku.
“Mungkin si Ray aja yang ngebet dari dulu. Niatnya memang pengen nikah resmi tapi terganjal proses sidang. Dia juga gatel pengen pamer sama orang-orang tentang istrinya. Gue udah hapal banget lah si Ray itu selalu butuh sesuatu untuk dibanggain sama orang”, tutur Dion.
“Yah mungkin memang si Ray cocoknya sama Renata, cuma caranya dia ninggalin istri dan anaknya diluar batas norma. Udah pasti kuping mereka bakal panas denger hujatan dari sanksi sosial di sekeliling dia”.
“Ah gue pikir enggak bakal panas, si Renata pasti cuek malah nantangin orang-orang ngomong apapun tentang dia. Kalau cewe bener mana mau kawin siri, rugi tau kawin tanpa ada legalitas hukum”, ujar Nadine.
“Ya itu kan lo cewe normal, buat cewe macem Renata sih mana peduli mau kawin siri atau resmi. Malah menguntungkan kalo belum terdaftar secara hukum, udah bosen tinggalin aja ga perlu acara sidang segala”, jawabku.
“Gak habis pikir gue sama Renata. Kadang gue kasian sama dia, apa sih yang dicari dari Ray? Ganteng enggak, tajir enggak, sukses enggak, pinter nipu iya”, ujar Dion sambil menggelengkan kepalanya.
“Nah itu banget Yang. Ga kaya orang di sebelah kamu tuh. Ganteng iya, wangi iya, pinter iya, tajir iya, sukses iya, single iya “, timpal Nadine.
“Mulaaaaaiiiiii…. lo semua ngeledek gue aja terus. Tar pulang naik taksi ya, gue gak mau anter lagi nih”, balasku pada Nadine dan Dion yang terus menggodaku.
“Eh Nad, Rania mau dijemput ga? Tanyain gih, biar kita samperin”, ujarku tiba-tiba teringat akan Rania. Aku juga sudah rindu pada Kian, dari semalam wajah lucu Kian selalu terbayang-bayang di benakku.
“Rania udah sampe Mall Van, katanya dia sendirian ga bawa Kian”, jawab Nadine sambil menatap layar ponselnya.
“Yah baby Kian gak ikut ya Mommy “, ujar Sean kecewa.
“Iya katanya lagi tidur, kasian kalo dibangunin. Van cepetan yuk, Rania gak bisa lama-lama nih katanya”.
“Rania udah mulai bisnis Brownies ya Yang?”, tanya Dion pada Nadine.
“Iya, kemarin udah bikin beberapa loyang trus dia jualin di pasar. Sebagian lagi dia jual online katanya. Gue sih kasih support aja terus, biar dia mandiri ga ngandelin transferan si Ray lagi”.
Aku langsung teringat akan perkataan Hardian kemarin, bahwa RENTZ akan ditutup bulan depan. Itu artinya Ray bisa dipastikan dalam kondisi finansial yang sulit, secara tidak langsung akan berpengaruh pada Rania dan anak-anaknya.
“Rania memang harus mandiri, si Ray udah gak bisa diandelin lagi. Dia juga udah tanda tangan buat bayar duit ratusan juta yang dibawa kabur. Gue ga mau tau gimana caranya dia harus bayar tiap bulan sama gue”, ujar Dion.