Harta Tahta Renata

Ratih widiastuty
Chapter #55

Biang Keladi (Cerita Rayendra)

20.30 WIB – Paskal 23

Pengunjung di café yang kusinggahi ini semakin malam malah semakin ramai oleh muda mudi yang sekedar bercengkrama atau berkutat di depan laptopnya. Mall ini adalah tempat yang paling strategis untuk menjadi meeting point atau tempat berbelanja. Seperti Renata dan Daffa yang saat ini tengah berkeliling mall untuk membeli barang yang mereka incar. Aku memilih menunggu di café ini sembari mengerjakan proyek yang diberikan oleh Dion.

Aku tak bisa lagi mengelak atas kecerobohanku saat memegang keuangan perusahaan. Saat itu hutangku dari sana-sini, kebutuhan rumah tangga hingga kewajibanku untuk membayar karyawan tak bisa kuhindari lagi. Saat itu aku memang diam-diam ingin membahagiakan Rania dengan berinvestasi pada salah satu proyek dengan kawan lamaku. Aku diiming-imingi keuntungan ratusan juta pada akhir tahun, namun sayangnya proyek itu gagal dan uangku raib. Bukannya untung malah buntung jadinya, hutangku semakin bertambah hingga aku diteror debt collector setiap hari.

Hingga saat ini aku masih mencicil semua hutangku, hanya Renata yang tahu semua permasalahan finansial yang selama ini membelitku. Ia adalah wanita yang cermat dalam mengatur keuangan, oleh karena itu menyerahkan semua penghasilanku padanya untuk ia kelola.

PING

Istriku

“Sayang, Daffa mau beli coat buat nanti ke Jepang mumpung lagi sale 70% ya”.

“Iya boleh dong. Kamu atur aja deh. Aku tunggu kalian sambil kerja ya”.

Istriku

“Makasih Sayang. Love you “.

Kuletakkan ponselku ke meja sambil kembali menatap layar laptopku. Aku harus lebih giat lagi mencari proyek agar bisa membiayai Daffa yang sebentar lagi akan kuliah ke Jepang. Aku belum memberitahu Renata soal hutang-hutangku pada Dion, ia akan murka jika mengetahui besaran uang yang harus kucicil selama 1 tahun lamanya.

Bip Bip Bip Bip Bip Bip

Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar ponselku. Aku sengaja tak langsung mengangkatnya, sudah terlalu banyak nomor asing yang menghubungiku akhir-akhir ini.

Bip Bip Bip Bip Bip Bip

Nomor itu tak menyerah untuk menghubungiku. Akhirnya kuangkat panggilannya, semoga saja bukan debt collector yang akan menagih hutang.

“Halo, Assalamualaikum Mas Ray? Ini Firman tetangga dulu “, sapa suara di sebrang sana.

“Oh Mas Firman, ganti nomor ya? Apa kabar Mas?", jawabku.

“Alhamdulillah, baik Mas Ray. Kemana aja nih, kok ga pernah ngumpul lagi di Bintaro”.

“Iya nih udah jarang ngumpul Mas, saya udah tinggal di Bandung soalnya “.

“Lagi ada kerjaan atau gimana Mas? Kok tumben ke Bandung sendirian? Biasanya kan rame-rame sama keluarga “.

“Enggak Mas saya sendirian di Bandung, anak-anak masih di Tangsel sama Mamanya”, jawabku singkat enggan untuk bercerita lebih jauh.

“Pantesan waktu saya ketemu Mbak Rania kok dia sendirian, ndak bareng Mas Ray”, jawabnya.

Lihat selengkapnya