Harta Tahta Renata

Ratih widiastuty
Chapter #56

Baku Hantam (Cerita Dion)

09.20 WIB – Kantor Dion

“Halo Bro, hari ini interview programmer baru ya?”, tanya Ivan dalam sambungan teleponku.

“Iya nih, temen lo jadi mau ngelamar? Anaknya dateng gak hari ini?”.

“Bilangnya sih udah sampe kantor lo. Tar cari aja anak yang namanya Bima. Dia mantan tim gue, cuma udah resign gara-gara mau nerusin kuliah”.

“Oke. Kalau memang skill-nya bagus gue prioritaskan. Lo mau ke kantor gue gak hari ini? Bantuin gue ngitung dong Van”.

“Siap tar gue mampir. Banyak yang harus gue audit nih hari ini”, jawabnya.

“Oke thank you Van “.

Kulirik jam di pergelangan tanganku, waktu sudah menujukkan jam 09.30 WIB. Setengah jam lagi aku harus mewawancara beberapa kandidiat yang akan menjadi programmer pengganti Ray dan tim-nya. Saat ini perusahaan telah kuambil alih, anak buah Ray juga sudah kuputus kontraknya.

Akhirnya sampai juga mobilku di depan co-working space yang kusewa sebagai kantorku selama 3 tahun kebelakang. Kuparkirkan mobilku tepat di samping pintu masuk dan bergegas masuk menuju ruanganku sebelum kandidat programmer itu datang.

“Pagi Pak Dion. Hari ini ada interview ya?”, sapa Astri sang resepsionis baru di co-working space ini.

“Iya Tri, nanti kalau ada tamu ke kantor saya, tolong kasih formulir nya. Kayanya udah saya kasih kemarin, mungkin ada di laci”.

“Sudah ada satu orang yang dateng Pak, saya suruh aja masuk ke ruangan Bapak. Maaf saya gak tau kalau ada formulir nya”, ujarnya meminta maaf sambil mengorek laci mejanya.

“Iya gak apa-apa, cuma formalitas aja sih. Nanti di dalem juga saya baca CV mereka. Thank you” jawabku sambil melangkahkan kaki menuju ruangan yang berada di ujung selasar.

Aku membuka pintu ruanganku yang berukuran 5 x 4 m2 dengan desain interior bernuansa industrial modern. Tiga buah meja kerja dan sebuah sofa three seater bergaya minimalis tampak bersih dan tertata rapi. Pelayanan di co-working space ini harus kuacungi jempol, rasanya seperti memiliki kantor di gedung prestisius dengan fasilitas bintang lima.

“Baru sampe Bro?”,

Seorang pria mengagetkanku begitu keluar dari kamar mandi. Jantungku nyaris copot melihat sosoknya hadir tepat di depanku. Lelaki itu tersenyum menyapaku sambil mencuci tangannya di wastafel.

“Astaga Ray, lo ngagetin gue. Ngapain lo kesini?”.

“Cuma mau mampir, siapa tau ada kerjaan yang bisa gue bantu”, jawabnya sambil mengulum senyum.

“Gue belum minta lo untuk dateng, hari ini jadwal padet mau ada interview”, ujarku sambil berjalan menuju meja kerjaku.

“Gue dateng mau ngomong sesuatu sama lo. Kali ini gue serius, stop ganggu urusan rumah tangga gue Yon”.

Aku membalikkan badanku sambil menatap mata Rayendra. Lelaki dengan postur tubuh lebih pendek dariku itu sedang menatapku dengan sorot mata tajam.

Lihat selengkapnya