10.30 WIB – Rumah Rania
Krak
Kupecahkan satu persatu telur ayam ke dalam baskom sambil pelan-pelan mengaduk adonan Brownies dengan menggunakan spatula agar merata. Di hadapanku sudah terdapat 12 loyang yang siap untuk diisi. Alhamdulillah pesanan untuk besok lumayan banyak, gumamku dalam hati.
“Kila, aku boleh pinjem mainan Barbie kamu gak?”.
Suara nyaring itu berasal dari Nisa, seorang bocah berusia 5 tahun yang merupakan anak dari tetanggaku. Anak-anak sudah mendapat teman baru rupanya, sudah beberapa hari kebelakang mereka sering bermain sepeda bersama.
“Boleh nih, aku punya banyak. Kamu mau yang mana?”, sahut anakku sambil mengeluarkan koleksi boneka Barbie-nya yang berada di dalam kotak mainan.
“Wah banyak banget boneka Barbie-nya “, ujar Nisa.
“Iya, dulu Papa aku suka beliin Barbie, sekarang sih udah gak dibeliin lagi”, jawabnya.
“Papa kamu mana sekarang? Kok hari Sabtu gak ada di rumah?”.
Aku menoleh kearah mereka yang sedang bermain di ruang televisi, rentetan pertanyaan Nisa membuatku khawatir.
“Papa aku di Bandung”, jawabnya singkat sambil menyisir salah satu bonekanya.
“Kamu kenapa tinggal di rumah ini? Ini kan dulu rumahnya Audrey, aku sering main sama dia sebelum Audrey pindah “.
“Soalnya rumah yang dulu dijual sama Papa”, celetuk Kica yang sedari tadi ikut bermain bersama.
“Jadi kamu ga punya rumah dong? Mobil kamu mana?”, tanyanya lagi.
“Mama belum punya uang buat beli rumah. Mobil Papa ya dibawa ke Bandung lah”, jawab Kica.
“Kamu tiap hari sekolah naik apa dong “, tanyanya penasaran.
“Naik motor sama Om Agus. Enak tau naik motor ada angin-anginnya gitu”.
“Hahaha enakan naik mobil lah adem. Kalo naik motor suka kepanasan, kalo hujan jadi kehujanan “.
Aku melirik kearah mereka bertiga, kali ini pembicaraan mereka sudah mulai mengusik perasaanku.
“Halo anak-anak, siapa yang mau Brownies? Kalau mau, tolong rapikan mainannya terus cuci tangan ya. Ada kue yang udah mateng nih”, serobotku agar percakapan diantara mereka bertiga tak berkepanjangan.
“Aku mau Maaaa, yang pakai choco chips ya Ma”, jerit Kica sambil berlari ke arahku.
“Aku mau juga Tante, yang besar ya kuenya”, sahut Nisa yang ikut berlari ke arahku sambil memperhatikan diriku yang tengah mengaduk dengan menggunakan mikser.
“Kakak, mau Brownies juga kan? Mau yang Choco chips atau almond?”, tanyaku pada Kila yang masih menyisir Barbie sendirian, seakan tak peduli dengan tawaranku barusan.