Harta Tahta Renata

Ratih widiastuty
Chapter #58

Teror (Cerita Dion)

19.30 WIB – Rumah Dion

Bruk

Kututup pintu mobil yang sudah terparkir rapi di garasi mobil sambil menenteng bungkusan di tangan kananku. Tadi aku sengaja mampir ke toko kue untuk memberikan kejutan berupa makanan kesukaan untuk istriku, sekotak Bagel Sandwich dengan isian telur, ham dan keju mozzarella. Kejutanku kali ini pasti akan membuat dia bahagia. Dengan perlahan aku berjalan mengendap-ngendap mencari Nadine, tercium aroma kue yang sedang dipanggang, barangkali Nadine sedang di dapur, gumamku.

“Hun, kok tumben kamu bikin kue malam-malam gini”, sapaku pada Nadine yang terlihat sibuk memasukkan adonan kue ke dalam loyang.

“Iya, aku lagi bantuin Rania bikinin pesanan Brownies. Kasian dia kewalahan terima orderan”, jawabnya tanpa menengok ke arahku.

“Loh, kalau kamu yang bikin nanti Rania ga dapet untung dong”, tanyaku sambil mendekat dan menyembunyikan bungkusan Bagel di belakang tubuhku.

“Aku cuma bantuin bikin kok, Rania cukup ganti bahan baku aja”, jawabnya sambil berjongkok memasukkan adonan Brownies ke dalam oven. Begitu oven ditutup ia membuka celemek sambil menyeka pelipisnya, wajahnya jadi belepotan terigu namun aku suka melihatnya.

Good job, that’s why I always proud of you”, ujarku sambil menyeka pelipisnya sambil tersenyum bangga. Nadine menepis tanganku dan langsung berpaling meletakkan tumpukan baskom kosong ke dalam sink.

Hunny, please take a break. I bring you something “, ujarku sambil memperlihatkan bungkusan yang sedari tadi kusembunyikan. Kubuka kotaknya perlahan, terlihat Bagel berukuran besar mengintip dari dalam kotak.

Nadine hanya menoleh lalu kembali sibuk dengan cucian kotornya. Ia membersihkan semua peralatan kue tanpa berbicara sepatahkata pun. Firasatku menjadi tak enak, ada apa dengan istriku kali ini. barangkali ia sedang dalam masa PMS, sudah biasa ia uring-uringan tak jelas jika sedang mengalami masa menstruasi.

Hey, why don’t you talk to me, do you have a period? “, tanyaku sambil memeluk tubuhnya. Namun tiba-tiba saja ia menolak dan mendorong tubuhku.

Please don’t bother me. Go take a shower and help Sean to do his homework”, perintahnya dengan ketus.

Hey what’s wrong? I give you surprise and you don’t care at all?”, tanyaku.

Nadine menghentikan pekerjaannya dan langsung menatapku tajam.

Do you want to know what’s going on? Ok, let me ask you first. Where’s Naya? What happened between you two?”.

Aku terperanjat saat Nadine mengucapkan nama Naya. Perempuan yang dimaksud Ray saat terjadi baku hantam di kantorku. Entah bagaimana caranya nama perempuan itu bisa terucap dari mulut istriku.

“Sayang, maksudnya apa? Kenapa jadi bahas Naya sih? Kita udah sepakat untuk ga bahas ini lagi kan?”.

“Iya dulu kita sudah sepakat untuk tidak membahas kelakuan busuk kamu di masa lalu. Tapi ternyata kelakuan kamu lebih busuk dari yang aku duga. Kamu udah menghamili Naya kan?”, tuduhnya sambil melemparkan tatapan sinis.

“Tunggu, aku jelasin dulu Nad. Aku kan sudah jujur sama kamu, kamu tau semua mantan selingkuhan aku. Semua itu masa lalu kan, aku udah bertobat Nadine. Aku berani bersumpah ga ada kontak lagi dengan mereka sampai detik ini”.

“Tapi kamu udah pernah hamilin Naya? Kamu ga cerita!!!!”, teriaknya sambil mulai terisak.

“Oke, aku memang ga cerita. Dia sendiri yang gugurin kandungannya karena dia gak siap. Semenjak kamu labrak aku di hotel dia langsung menghilang, aku juga ga mau tau keberadaan dia sekarang”.

Nadine masih terisak di depan cucian piring yang masih berserakan, air keran masih mengalir tak ia pedulikan.

Lihat selengkapnya