Harta Tahta Renata

Ratih widiastuty
Chapter #60

Penghinaan (Cerita Renata)

07.00 WIB – Apartemen Renata

“Mas, bangun!!! Nanda kirim pesan katanya hari ini ada rapat Direksi”, ujarku sambil mengguncang-guncangkan badan suamiku yang masih tertidur.

“Hmmmmmm”, gumam suamiku yang masih saja menutup matanya rapat-rapat.

“Mas bangun, rapat jam 8 teng di kantor pusat “.

“Rapat? Rapat apa sih? Aku ga ada agenda rapat hari ini kan?”, tanyanya sambil memicingkan matanya.

“Ini ada pesan dari Nanda, Pak Hardian ngundang kita rapat jam 8. Ayo buruan bangun Mas, jam segini lagi macet-macetnya “.

Sontak saja Ray terbangun dan segera beranjak dari kasurnya. Terdengar suara shower dan bunyi sabun yang berjatuhan dari kamar mandi. Sepertinya Ray akan mandi secepat kilat, sementara aku harus mengecek semua pekerjaanku sebelum Hardian meminta laporan saat meeting nanti. Sial, masih banyak laporan yang kusiapkan, selama 3 hari aku ditinggal oleh Ray ke Jakarta pekerjaanku jadi keteteran.

“Kamu buruan mandi dong, dari tadi nyuruh siap-siap sendirinya malah buka laptop”, ujar Rayendra yang baru saja keluar dari kamar mandi.

“Iya sebentar, aku belum bikin laporan bulan lalu. Kamu bantuin aku ya kalau Pak Hardian tanya”.

“Gampang lah. Tolong bikinin aku teh manis dong, ada roti atau apa gitu di kulkas?”, tanyanya sambil mengenakan kemejanya.

“Gak ada teh, roti kayanya abis deh”, jawabku singkat.

“Kamu gak belanja bulanan atau gimana sih? Masa teh aja gak ada dari bulan lalu?

“Aku kan gak pernah bikin teh, kamu minum air putih aja lah, ambil sendiri di dispenser tuh”.

“Lalu aku sarapan apa nih? Dari kemarin malem belum makan, kirain ada roti atau apa gitu?”, jawabnya sambil uring-uringan kepadaku.

“Biasanya juga kan kamu yang ngajak aku beli sarapan di luar, kok sekarang jadi marah-marah cuma gara-gara teh sih”, ujarku kesal dengan jawabannya barusan.

“Ya udah kamu mandi deh, udah tau bakal telat. Belum lagi harus nyari baju dulu, dandan dulu, milih sepatu dulu”, sindirnya sambil menyisir rambutnya di depan cermin.

“Iya aku mandi sekarang. Kamu bantuin bikin laporan dulu nih”, ujarku sambil menyodorkan laptopku padanya. Ray masih bersungut-sungut sambil memeriksa laporan yang aku kerjakan.

“Ada mi instan atau apa gitu Ren? Aku udah laper banget ini “, tanyanya dengan wajah meringis. Aku baru ingat ia memang pulang malam dan aku sudah tertidur saat ia datang.

“Gak ada kayaknya, kamu turun ke bawah aja deh cari makanan ya Sayang”, ujarku sekenanya sambil buru-buru menutup pintu kamar mandiku. Tak ada waktu meladeninya saat ini, yang ada di otakku adalah bagaimana caranya menyelamatkan diri dari cecaran Pak Hardian saat rapat direksi.

08.15 WIB – Kantor Pusat Hardja Sukses Grup

Dengan terburu-buru Ray memarkirkan mobil sekenanya di parkiran kantor pusat. Kulirik jam di pergelangan tanganku, angka sudah menunjukkan waktu jam 8 lewat. Rapat pasti sudah dimulai, raut wajah Ray sangat cemas. Selama di jalan ia masih uring-uringan karena kelaparan. Aku jadi kesal dibuatnya, biasanya dialah yang membelikanku sarapan selama ini, tiba-tiba saja hanya perkara teh manis dia jadi marah selama di perjalanan.

“Buruan Ren, Pak Hardian pasti udah nungguin”, ujarnya sambil berjalan tergesa-gesa menuju lift yang akan membawa kami ke lantai 3. Begitu tiba di depan lift, Ray langsung memencet tombol, namun lampu indikator di lift tidak menyala. Ray berkali-kali memencet tombol tersebut, anehnya semuanya seperti tidak berfungsi.

“Maaf Pak, lift nya lagi rusak”, ujar salah seorang Office Boy yang datang sambil membawa kertas HVS yang akan ia tempelkan.

“Bukannya dari tadi sih dikasih pengumuman kalau lift rusak. Saya jadi buang-buang waktu nih”, jawab Ray dengan berang.

Office Boy tersebut hanya menatap Ray dengan wajah kebingungan, ekspresinya terlihat kesal karena perkataan Ray barusan.

“Ren, ayo cepetan kita naik tangga”, ajaknya sambil berjalan tergopoh-gopoh melewati ruangan para staf.

Kami berjalan melewati kubikel staf Hardja Sukses Grup, beberapa staf tampak menyadari kehadiran kami sambil berbisik-bisik.

“Eh…eh…itu mereka dateng”.

“Ssssttt, orang RENTZ dateng”.

“Mau minta duit sama Big Boss pasti”.

Lihat selengkapnya