Harta Tahta Renata

Ratih widiastuty
Chapter #64

Tersesat (Cerita Rayendra)

19.00 WIB – Bengkel Wastukencana

“Aduh Bos mobilnya overheat ini, air nya sampai masuk ke ruang oli”, ujar sang mekanik yang sedang menunduk di balik kap mesin mobilku.

Aku ikut menunduk dan ikut memperhatikan mesin mobil yang sedang dioprek sang mekanik. Badanku lemas saat Renata mengabarkan ia terdampar sendirian saat mobilku mogok karena overheating, beruntungnya ada driver ojek online yang membantunya pulang ke apartemen, sementara mobilku diderek oleh bengkel langgananku.

“Tuh Bos, kepala silindernya sampai bengkok, blok silinder juga. Harus diganti semua nih kayanya”, ujarnya sambil mengamati komponen mesin dengan seksama.

“Berapa ya kira-kira Mas?”, tanyaku dengan cemas.

“Wah saya gak tau Bos. Ini mobil Amerika dan jarang komponennya. Mungkin 1 jutaan lebih paling murah, belum ongkos masang”, jawabnya.

“Gak bisa diakalin aja ya, saya perlu pakai mobilnya nih Mas”.

“Waduh Bos, kalau overheating cuma karena air radiator atau trouble dari kipas aja sih masih bisa saya betulin. Kalau silindernya sampai bengkok susah Bos”.

“Ya sudah, ganti aja deh. Yang penting bisa cepet selesai”.

“Ngobrol sama Koh Leo aja dulu Bos, biar dia yang nyari spare part nya”, tunjuk sang mekanik pada atasannya yang sedang sibuk mendata spare part di meja kerjanya.

Aku berjalan mendekati pemilik bengkel tersebut, Koh Leo adalah pemilik bengkel paling kooperatif diantara semua bengkel yang pernah kudatangi.

“Koh Leo, apa kabar nih?”, sapaku pada lelaki oriental berusia 50 tahunan itu.

“Baik Bos, ayo silakan duduk. Mobilnya kenapa?”, tanyanya dengan ramah, kurasa ia sudah lupa akan sosok diriku.

Overheating Koh, kalau bisa sih dibetulin aja dulu. Spare part-nya mahal ya?”.

“Mobil apa? Masalahnya dimana?”, tanyanya sambil membetulkan kacamatanya.

“Chevrolet Koh, blok sama kepala silindernya kena”.

“Waduh mobil Amerika susah, harus PO. Paling cepet 2 minggu lah, masang kurang lebih seminggu. Itu juga kalau dapet ya”.

“Aduh Koh, ga bisa bantu akalin aja dulu? Saya perlu cepet buat dipakai muter ketemu klien nih”, bujukku sambil setengah memaksa, mengingat aku harus mencari investor dalam waktu seminggu saja.

“Ga bisa Bos, ga berani saya. Kalau cuma masalah kipas bisa tuh sejam juga selesai”.

“Ayolah Koh, saya kan langganan disini dari dulu. Jaman mobil saya masih mobil antik tahun 82 loh. Semuanya beres kalau Kokoh yang betulin, ga pernah ada masalah tuh”.

Koh Leo kembali membetulkan kacamatanya, dia menatapku dengan lekat.

“Oh yayaya, kamu dulu yang mobilnya Charade tahun 82 kan ya?, trus ganti lagi sama yang lebih muda. Kalau kesini suka bawa istri sama anak kamu yang masih kecil kan?”, tanyanya sambil mengingat-ingat.

“Iya Koh betul. Dulu itu sih “, jawabku sekenanya.

“Waduh udah tambah sukses nih si Bos, berkat doa istri dan rejeki anak pastinya”, ujarnya dengan mata berbinar menatapku.

Aku hanya tersenyum getir mendengar ucapannya, tak ada keinginan untuk meneruskan percakapan tentang masa laluku lagi.

“Kok baru kesini lagi Bos, kemana aja?”, tanyanya lagi.

“Saya sempet kerja di Jakarta selama 6 tahun, sekarang baru kembali lagi ke Bandung Koh”.

“Pantesan ga pernah keliatan, gimana anak-anak sehat?”.

Lihat selengkapnya