Harta Tahta Renata

Ratih widiastuty
Chapter #66

Insecure (Cerita Renata)

08.00 WIB – Apartemen Renata

Pagi ini terasa sunyi, tidak ada lagi deringan ponsel atau notifikasi email masuk dari tim RENTZ. Semua harus bekerja dari rumah demi penghematan anggaran. Sudah dua hari kudiamkan laptopku tidak menyala, karena tidak ada lagi laporan yang harus kubuat. Namun berbeda dengan Rayendra, pagi ini ia masih berkutat di depan laptopnya untuk menyusun proposal untuk investor baru.

“Kamu mau tawarin siapa lagi Mas? Masih ada kenalan investor?”, tanyaku dari luar balkon sambil mengepulkan asap rokokku.

“Ada lah”, jawabnya pendek.

“Dimana orangnya? Bandung apa Jakarta?”.

“Dimana aja lah”, jawabnya tanpa berpaling dari laptopnya.

“Oooh. Ya sudah, nanti siang aku ke rumah ibu lagi ya. Mau nenangin Daffa yang masih shock. Kamu tau perbuatan mantan istri kamu itu udah kelewatan, Mas”, gerutuku sambil membuang puntung rokokku ke asbak di meja.

“Memangnya yang bikin isu ke sekolah Daffa itu pasti Rania? Kamu sudah kroscek pihak sekolah?”, tanyanya gusar.

“Ya siapa lagi kalau bukan dia. Rania itu gak mau kamu cerai, pasti dia bikin ulah untuk neror kita”.

“Nanti kamu ke sekolah aja, kalau bisa tuntut mereka karena pencemaran nama baik. Bisa-bisanya aku diseret dalam cerita murahan yang dikarang orang itu”.

“Iya Mas, Rania bisa kita laporkan ke polisi. Aku harus bikin BAP sekarang juga”.

“Kamu punya bukti gak itu perbuatan Rania? Jangan asal tuduh dulu kalau gak punya buktinya”.

Aku terdiam dengan sejuta kekesalan di dada, karena sejatinya tidak ada bukti yang mengarah pada Rania. Meskipun dalang dibalik semua keonaran ini adalah dirinya.

“Ya sudahlah, sambil mikir aku ke rumah ibu saja. Mobil selesai hari ini kan?”.

“Belum selesai. Masih nyari spare part-nya. Bisa sebulan kita gak pakai mobil”, jawabnya.

“Apa? Lama amat sih? Kenapa sih tuh mobil?”.

Overheating, mungkin karena sebelumnya nonstop aku pakai mondar-mandir Bandung – Jakarta – Bogor – Bandung”.

“Udahlah mobilnya jual aja. Kalau udah bikin susah sih biasanya bakal terus-terusan bawa sial”, gerutuku.

“Mobil masih rusak begitu gimana jualnya Ren?”.

“Betulin aja alakadarnya, yang penting body mulus, foto, pasang iklan di intenet. Selesai kan? kita beli mobil baru yang agak kecilan aja”, usulku.

“Nanti dulu deh Ren, aku harus ngurus RENTZ kamu malah bahas mobil baru. Udah lah sabar aja gak usah ganti mobil dulu”, sahutnya.

“Iya deh, itu kan mobil kenangan ya Mas. Masih belum bisa move on dari masa lalu kayaknya nih”, sindirku sambil beranjak masuk dan membuka pintu kulkasku. Kuambil susu fullcream dan menuangkannya di mangkok beserta granola kesukaanku.

Lihat selengkapnya