Saling Curiga (Cerita Renata)
20.00 WIB – Vesper Sky Bar
Sudah setengah jam aku menunggu seseorang di bar ini, sembari menyulut rokok filterku di sebuah meja yang berada di area outdoor. Sesekali aku ikut bersenandung menyanyikan lagu yang dilantunkan live band sambil menikmati panorama Kota Bandung pada malam hari.
“Sudah lama di sini Ren?”, sapa seseorang yang tiba-tiba saja duduk disampingku. Lelaki bertubuh tegap dengan bau parfumnya yang khas.
“Lumayan, kamu apa kabarnya?”, tanyaku sambil melirik ke arahnya.
“Baik. Kamu? Kayaknya ada masalah sampai harus hubungi aku berkali-kali”, ujarnya sambil melambaikan tangan pada seorang waiter.
“Permisi Pak, mau pesan sekarang?”, tanya seorang waiter menghampiri kami.
“2 Belissimo Moscato. Itu saja dulu “, ujarnya.
“Baik Pak, mohon ditunggu. Terima kasih “, sahut waiter tersebut sambil meningglkan kami.
Lelaki itu kemudian menatapku, mata elangnya seakan mengamati gerak-gerik yang kulakukan.
“Masih merokok kamu? Kapan berentinya Ren?”, tanyanya sambil mencoba meraih rokok di jariku.
“Udah deh, jangan mulai lagi”, jawabku sambil mematikan puntung rokokku.
“Kamu bahagia ga sih Ren? Kusut banget wajahmu “.
“Gak tau, aku bingung kenapa sekarang jadi begini”.
“Kan kamu yang milih jalan ini Ren. Aku kira kamu bahagia sama dia, makanya aku ikhlas melepas kamu”, sahutnya.
“Aku cuma ingin Daffa bahagia, dia butuh sosok ayah. Kalau bukan karena anakku aku gak mau nikah lagi”.
“Lalu kalian bahagia gak sekarang? Apa yang ia berikan sama kalian?”.
“Awalnya sih semua dia kasih, tapi sekarang kami sedang mengalami masa sulit “.
“Aku harus bantu apa lagi Ren? “, tanyanya.
Aku hanya diam tak menjawab, mencoba banyak sekali kesulitan yang susah untuk kuutarakan padanya.
“Oke aku ngerti. Kamu butuh berapa?”, tanyanya sambil menerima gelas cocktail yang disajikan pelayan.